Jogja
Minggu, 30 Agustus 2015 - 21:20 WIB

KESENIAN KULONPROGO : Festival Campur Krumpyung Hipnotis Warga

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu penampilan peserta festival Campur Krumpyung yang pentas di Alun-alun Wates, Jumat (28/8/2015) malam. (JIBI/Harian Jogja/Holy Kartika N.S.)

Kesenian Kulonprogo yang digelar Jumat (28/8/2015) mendapat antusias besar dari warga.

Harianjogja.com, KULONPROGO – Musik Campur Krumpyung berhasil membius warga masyarakat Kulonprogo di Alun-alun Wates, Jumat (28/8/2015) malam. Acara itu menampilkan kolaborasi antara alat musik krumpyung dengan musik campursari.

Advertisement

Kompetisi musik campur krumpyung menampilkan kelompok musik dari empat desa binaan pelestari alat musik krumpyung. Di antaranya Desa Cerme di Kecamatan Panjatan, Desa Hargowilis di Kecamatan Kokap, Desa Pengasih di Kecamatan Pengasih dan Desa Banjararum di Kecamatan Kalibawang.

“Akhirnya, Kulonprogo memiliki kesenian khas yang baru. Musik Campur Krumpyung diharap bisa dipertahankan sebagai kesenian asli Kulonprogo,” ujar Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo.

Hasto memaparkan, dukungan semua pihak dalam mengenalkan dan mengangkat kembali kesenian ini begitu diperlukan. Hasto berharap, musik ini dapat terus ditampilkan di setiap kegiatan. Tujuannya, musik ini dapat dikenal sebagai musik Kulonprogo, sehingga pelestariannya dapat berkelangsungan.

Advertisement

“Beberapa kali saya sudah menyaksikan, musik ini mencoba diperkenalkan di sejumlah acara. Saya harap dapat terus ditampilkan agar semakin dikenal,” jelas Hasto.

Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Dinbudparpora) Kulonprogo Joko Mursito menambahkan, alat musik krumpyung sejak tahun lalu mulai dikenalkan kembali. Namun, tidak mudah untuk mengangkat kembali kesenian yang kini terkendala oleh produksi. Pasalnya, di Kulonprogo perajin alat musik ini sangat sedikit jumlahnya.

Lebih lanjut Joko menjelaskan, alat musik ini merupakan gamelan dari bambu. Musik-musik yang umumnya dimainkan adalah musik gendhing gamelan.

Advertisement

“Namun, memang alat musik ini nadanya terbatas karena menggunakan nada-nada pentatonis. Itulah tugas kami, bagaimana caranya musik ini dapat dinikmati semua kalangan,” papar Joko.

Musik campur krumpyung yang dihadirkan malam itu menampilkan musik bambu yang unik dan berbeda. Alat musik bambu itu dikolaborasikan secara apik dengan musik campursari. Joko berharap, melalui kolaborasi tersebut, alat musik krumpyung dapat lebih luwes dimainkan dan diperkenalkan ke masyarakat.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif