Entertainment
Sabtu, 29 Agustus 2015 - 08:10 WIB

FILM BARU : Suasana Tegang dan Sisipan Komedi Warnai Film Jenderal Soedirman

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Poster film Jenderal Soedirman (Istimewa)

Film baru Jenderal Soedirman menghiasi bioskop Indonesia akhir Agustus 2015 sebagai rangkaian perayaan HUT ke-70 RI.

Solopos.com, SOLO – Film baru Jenderal Soedirman yang ditayangkan akhir Agustus ini masih menjadi rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke 70 Kemerdekaan RI. Keteguhan sang panglima besar yang ditakuti Belanda dan disegani anak buahnya itu membuat nama Jenderal Soedirman selalu dikenang hingga saat ini.

Advertisement

Film berdurasi 126 menit itu diawali dengan pemungutan suara pemilihan panglima besar yang akan memimpin Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Indonesia. Dari beberapa kandidat, Jenderal Soedirman (Adipati Dolken) terpilih menjadi pimpinannya.

Tak beberapa lama setelah ia terpilih menjadi panglima besar, Jogja yang saat itu menjadi Ibukota Republik diserang oleh Belanda. Saat itu, pada 19 Desember 1948, Jenderal Simons Spoor yang merupakan Panglima Tentara Belanda datang ke Indonesia untuk memimpin Agresi Militer ke II.

Jenderal Soedirman yang saat itu sakit paru-paru, tetap ingin berjuang untuk kemerdekaan Indonesia meskipun Soekarno (Baim Wong) dan Mohammad Hatta (Nugie) melarangnya. Namun, tekad Soedirman untuk berperang sudah bulat karena sebagai tentara tidak ingin tinggal diam. Akhirnya, ia bersama 13 anak buahnya, salah satunya Nolly (Ibnu Jamil) bergerilya di hutan pesisir selatan.

Advertisement

Ia menempuh perjalanan dari Jogja menuju Wonogiri, Pacitan, lalu Kediri dengan berjalan kaki. Di dalam gerilya itu, Soedirman membentuk kantong-kantong perlawanan terhadap Belanda untuk menunjukkan eksistensi tentara Indonesia. Meskipun pemerintahan di Jogja tumbang karena Soekarno-Hatta ditangkap Belanda dan diasingkan ke Pulau Bangka.

Namun, kondisi Soedirman yang makin parah membuatnya harus ditandu agar tidak kelelahan. Ia juga mengenakan ikat kepala batik dan jas panjang berwarna cokelat, lengkap dengan tongkatnya untuk membantu berjalan dan keris yang selalu dibawanya. Di dalam perjalanan selama tujuh bulan gerilya itulah, inti dari film ini. Mulai dari suasana tegang hingga bumbu komedi mewarnai adegan demi adegan dalam perjalanan tersebut.

Ada juga cerita pengkhianatan dari salah satu anak buah Jenderal Soedirman. Ia yang bernama Kunto menjadi mata-mata Belanda sehingga pergerakan Jenderal Soedirman mudah diketahui Belanda. Suatu saat, kedok Kunto terbuka saat ia datang bersama tentara Belanda untuk menangkap Jenderal Soedirman dan anak buahnya. Soedirman dan anak buahnya yang merasa terkepung, lalu menyamar menjadi warga yang sedang mengadakan pengajian.

Advertisement

Di sela-sela film itu, ada kata-kata Jenderal Soedirman yang sesuai dengan kondisi Indonesia saat ini. “Kini, perang tak lagi melawan dengan senjata, tetapi melawan kejahatan. Sebab, meskipun kami minim senjata, kuasa Allah akan membantu untuk menegakkan kebenaran,” katanya. Hal itu terbukti dari sulitnya tentara Belanda menemukan Jenderal Soedirman dan bala tentaranya yang hanya berjalan kaki. Di dalam film itu juga digambarkan sosok Soedirman yang sabar, tega, dan tidak pernah lupa salat.

Film itu diakhiri dengan penjelasan jika Jenderal Soedirman meninggal di Magelang, 29 Januari 1950 dalam usia 34 tahun. Ia meninggal setelah selesai perang gerilnya dan ia kembali berkumpul dengan keluarganya.

Menurut salah satu penonton, Yanto, film itu bisa menggugah rasa nasionalisme karena sikap Jenderal Soedirman yang setia pada bangsa dan negara. “Film ini tidak membosankan karena nuansanya tegang, terutama saat Jenderal Soedirman selalu diburu tentara Belanda. Tapi, di sela-sela itu ada sisi komedi dari perilaku anak buah Jenderal Soedirman yang mewarnai cerita ini,” katanya saat dijumpai Solopos.com sesuai menonton film tersebut di Solo Square XXI, Kamis (27/8/2015) malam.

Film baru bergenre drama dan bermuatan sejarah itu merupakan persembahan dari Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk peringatan 70 tahun Kemerdekaan Indonesia. Film itu sudah bisa ditonton di Studio 2 Solo Square XXI pukul 12.45 WIB, 15.15 WIB, 17.45 WIB, dan 20.15 WIB. Juga di Platinum Cineplex Hartono Mall Solo Baru pukul 12.30 WIB, 15.20 WIB, dan 16.55 WIB.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif