News
Kamis, 27 Agustus 2015 - 23:00 WIB

SUKU BUNGA BANK : BI Rate Tak Diturunkan, Ini Alasannya

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo. (Wahyu Darmawan/JIBI/Bisnis)

Suku bunga bank tetap akan tinggi mengingat BI rate tak diturunkan meskipun sedang terjadi perlambatan ekonomi.

Solopos.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) menyatakan masih akan memperketat kebijakan moneternya dengan tidak mengubah suku bunganya di posisi 7,5%. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kondisi ekonomi eksternal yang masih dipenuhi ketidakpastian.

Advertisement

Menurut Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, kondisi eksternal tersebut juga diperparah anjloknya harga komoditas dalam negeri, arus perdagangan yang rendah, dan juga turunnya daya beli masyarakat. Kondisi tersebut menurutnya akan mempersulit otoritasnya mengubah kebijakan.

“Kita akan tetap menjaga suku bunga seperti saat ini saja. Ini kami lakukan semata-mata untuk tetap meyakinkan pasar, bahwa ekonomi makro kita tetap terjaga stabil,” kata Agus Martowardojo, Kamis (27/8/2015).

Di sisi lain, jumlah Surat Utang Negara (SUN) Indonesia yang dimiliki oleh asing hingga saat ini telah mencapai Rp540 triliun. Untuk itu, pihaknya akan sangat berhati-hati dalam mengambil kebijakan mengigat resiko yang besar akan mengintai di tengah kondisi yang tak pasti ini.

Advertisement

Mantan Direktur Utama Bank Mandiri ini mengatakan, apabila pihaknya gegabah dalam mengambil keputusan, rupiah justru akan semakin tertekan. “Kita akan terus jaga momentum kita, sembari memantau perkembangan ekonomi global, sebab dengan kondisi saat ini The Fed berpeluang terus naikan suku bunganya,” ujar Agus.

Sementara itu, menurutnya gejolak nilai tukar dapat turut diredam dengan cara melepas dolar yang dimiliki oleh para eksportir. Tidak kurang dari 52% dari total transaksi spot senilai US$ 8 miliar per bulan dilakukan dalam dolar A$. Nilai itu menurutnya terbilang cukup besar untuk aktivitas bisnis dalam negeri yang menggunakan dolar AS.

“BI sudah mewajibkan penggunaan rupiah dalam transaksi domestik. akan lebih baik kalau ditambah eksportor melepas dolarnya” katanya

Advertisement

Di sisi lain, Agus Martowardojo juga kembali menekankan bahwa fundamental ekonomi Indonesia semakin membaik. Hal tersebut dibuktikannya dengan defisit transaksi berjalan diperkirakan menyusut hingga US$18 miliar atau setara 2-2,1% PDB, dibanding akhir tahun lalu yang sebesar US$27 miliar setara 3,2% PDB.

Untuk itu, dia berharap agar pemerintah senantiasa mampu menjaga kredibilitas dan konsistensi supaya fundamental ekonomi dalam negeri semakin kuat dan makin dipercaya oleh pasar. Kredibilitas dan konsistensi tersebut menurutnya akan dapat dibuktikan apabila pemerintah mampu mengeluarkan kebijakan yang tepat sasaran dan waktu.

Sementara itu, Direktur Institute for Development of Economics and Finance Enny Sri Hartati menilai bahwa keputusan BI untuk tetap memperketat kebijakan moneternya dengan salah satunya menahan BI rate adalah keputusan yang tepat.

“Penahanan BI rate ini akan semakin tepat apabila pemerintah melalui kebijakan terbarunya mampu memberikan dorongan secara fiskal kepada para pelaku usaha swasta, sehingga rupiah tetap stabil,” ujar Enny.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif