Kolom
Selasa, 25 Agustus 2015 - 06:00 WIB

TENTANG ISLAM : Memberi Sajen Pohon Besar

Redaksi Solopos.com  /  Evi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi sajen (Liputan6.com)

Tentang Islam diasuh oleh H. Muhammad Amir, S.H., C.N., Ketua Majelis Pembina Yayasan Pendidikan Islam Al Mukmin Ngruki, Sukoharjo. Tentang Islam juga dimuat di subrubrik Ustaz Menjawab Khazanah Keluarga Harian Umum Solopos, setiap Jumat.

Solopos.com, SOLO — Kali ini, Senin (24/8/2015), ada sejumlah penjelasan tentang hukum Islam mengenai kebiasaan memberi persembahan atau sajen kepada benda mati.

Advertisement

Selain itu, ada pula janji atau nazar yang menyatakan akan berziarah ke kuburuan satu tokoh yang dianggap keramat. Simak ulasan mengenai hal tersebut yang pernah dimuat di Harian Umum Solopos, Jumat (8/8/2014) lalu.

Pertanyaan

Advertisement

Pertanyaan

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Saya ingin mencurahan isi hati (curhat) kepada Pak Ustaz. Bapak saya sejak kecil mengerjakan salat, puasa Ramadan, membayar zakat. Akan tetapi, bapak saya itu mempunyai kebiasaan setiap malam Jumat Kliwon pasti memberi sesaji atau sajen untuk pohon besar yaitu Ringin Kurung di Alun-alun Utara Keraton Solo.

Sedangkan paman saya sakit sudah enam tahun terakhir sakit dan bernazar kalau bisa sembuh dia akan nyekar ke kuburan Sunan muria di Kudus.

Advertisement

1. Apakah kebiasaan bapak saya setiap malam Jumat Kliwon memberi sesaji kepada pohon besar di Alun-alun Utara merupakan perbuatan syirik? Bagaimana hukum orang Islam yang melakukan hal seperti itu?

2. Apakah paman saya yang bernazar bila sembuh dari penyakitnya dia akan berziarah ke kuburan Sunan Muria di Kudus juga bisa dikatakan syirik?

Terima kasih atas jawabannya.
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh. [Supanji, guru SMAN di Solo]

Advertisement

Ustaz Menjawab

Wa’alaikumsalam warahmatullaahi wabarakaatuh.

Saudara Supanjiyang dirahmati Allah, memang orang Islam suku Jawa pada umumnya masih banyak punya keyakinan bahwa malam Jumat Kliwon merupakan hari angker dan perlu diberi sesaji, biasanya dengan membakar kemenyan, jajanan pasar, dan lain sebagainya.

Advertisement

Karena bapak Anda menjalankan salat, puasa, zakat, tapi masih menyediakan sesaji di pohon besar, katakan bahwa perbuatan itu merupakan perilaku syirik. Syirik adalah dosa besar. Bahkan Allah tidak akan mengampuni dosa-dosanya kalau tidak segera berhenti dan bertobat.

Orang yang masih percaya bahwa pohon besar itu mempunyai kekuatan gaib dan ada yang menunggu, kalau tidak diberi sesaji akan marah, atau mengganggu, hal itu bohong, jangan dipercaya. Islam mengajarkan sembahlah Allah SWT dan mintalah tolong juga hanya kepada Allah, jangan minta kepada yang lain.

Adapun paman Anda yang mempunyai nazar akan ke kuburan Sunan Muria di Kudus dengan maksud bersyukur kepada Sunan Muria yang sudah wafat maka hal tersebut menjurus kepada perbuatan syirik. Orang yang sudah mati, sudah putus amalnya.

Kecuali seperti sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya tatkala manusia meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariah, anak saleh yang mendoakan kedua orang tuanya, dan ilmu yang bermanfaat untuk umat atau masyarakat.

Saran dan nasihat saya kepada keluarga Anda adalah sering-seringlah keluarga Anda diajak hadir dalam majelis taklim, misalnya tiap Minggu pagi datang mendengarkan pengajian yang diadakan oleh lembaga atau organisasi Islam atau mendengarkan siaran radio.

Insya Allah keluarga Anda akan bertambah ilmunya, khususnya tentang hukum Islam. Kemudian banyaklah bertanya kepada para ustaz, kiai, atau ulama terdekat, insya Allah keluarga Anda menjadi paham tentang hukum Islam dan jauh dari perbuatan syirik.

Allah SWT berfirman yang artinya Allah akan mengampuni dosa-dosa hambanya kecuali syirik. Hindarilah perdukunan, paranormal, santet, tenung, sebab hal demikian dilarang Allah dan Rasul-Nya. Demikian saran dan jawaban saya, semoga ada manfaatnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif