Soloraya
Senin, 24 Agustus 2015 - 09:15 WIB

PERTANIAN KLATEN : Dam Colo Barat Ditutup, Petani Diminta Tanam Palawija

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para petani di Desa Mireng, Kecamatan Trucuk, mengecek kondisi jagung mereka, Selasa (11/8/2015). Mereka memilih menanam jagung dibandingkan palawija lainnya karena harga jual jagung yang lebih tinggi. (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Pertanian Klaten terkendala dengan sistem irigasi Colo Barat yang harus diperbaiki. Petani diminta untuk menanam palawija.  

Solopos.com, KLATEN – Aliran irigasi Dam Colo Barat akan dihentikan selama Oktober mendatang. Petani di Klaten pemanfaat air dari sistem irigasi ini diminta menanam palawija.

Advertisement

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian (Dispertan) Klaten, Joko Siswanto, menjelaskan penghentian aliran irigasi dilakukan karena sebagian infrastruktur di sistem irigasi Colo Barat harus diperbaiki.

Penghentian aliran air dilakukan selama sebulan, yakni pada 1-31 Oktober 2015. Di Klaten sekitar 1.833 hektare lahan pertanian di wilayah Kecamatan Cawas dan Karangdowo memanfaatkan aliran irigasi dari dam tersebut.

Selama aliran air dari dam tersebut ditutup berarti tak ada pasokan air yang mengalir ke area sawah tersebut. Petani diminta menanam palawija. Jika ada petani pemanfaat irigasi dam Colo Barat nekat menanam padi, risiko harus ditanggung sendiri.

Advertisement

“Itu sudah disosialisasikan. Petani disarankan menanam palawija. Semoga tidak ada yang nekat menanam padi pada periode tersebut,” ujar Joko, Minggu (23/8/2015).

Menurut Joko, sejauh ini di Klaten tak ada lahan pertanian yang mengalami kekeringan atau puso. Memang ada beberapa petani di lahan yang kekurangan air nekat menanam padi.

“Memang ada menanam padi, tetapi luas lahannya tak seberapa, baru persemaian. Kami sudah peringatkan mereka,” kata dia.

Advertisement

Camat Cawas, M. Nasir, mengatakan para petani sebagian lahan pertanian di wilayah kerjanya menanam palawija begitu memasuki kemarau. Penanaman palawija ini sekaligus untuk mengembalikan pola tanam.

Dari total luas lahan pertanian 2.300 hektare di Trucuk, seluas 1.800 hektare ditanami kedelai. Hanya 290 hektare lahan pertanian yang pada msuim kemarau ini masih ditanami padi.

“Ada sebagian kecil lahan pertanian yang masih ditanami padi karena ada pasokan air dari Dam Tukuman di Cawas bagian timur serta suplai air dari wilayah Sukoharjo melalui Dam Colo Barat,” kata Nasir.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif