News
Senin, 24 Agustus 2015 - 17:10 WIB

PERDANGANGAN MANUSIA : Malaysia Kembali Temukan Kuburan Massal

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengungsi Rohingya (JIBI/Dok)

Perdagangan manusia yang tewas mengenaskan diduga dikuburkan di Malaysia.

Solopos.com,  KUALA LUMPUR – Pihak berwenang di Malaysia kembali menemukan kuburan massal yang berisi 24 jasad di Bukit Wang Burma, Sabtu (22/8/2015). Kuburan itu diduga korban perdagangan manusia.

Advertisement

Lokasi temuan tak jauh dari lokasi temuan ratusan jasad imigran gelap pada Mei 2015 lalu. “Menyusul operasi sebelumnya di mana kami menemukan jasad imigran gelap, 24 jasad lebih telah ditemukan dan digali,“ kata Kepolisian Malaysia dalam sebuah penyataan, Minggu (24/8/2015). Diterangkan pula, jasad-jasad yang diduga etnis Rohingnya itu telah diserahkan ke pihak medis.

Seperti diberitakan sebelumnya pada Mei lalu otoristas Malaysia menemukan ratusan jasad dan sejumlah  tempat yang diduga kamp perdagangan manusia di Perlis. Didapati amunisi dan rantai besi di sekitar lokasi. Hal itu mencuatkan dugaan terjadinya penganiayaan.

Hutan lebat di perbatasan Malaysia –Thailand telah menjadi sebuah titik transit bagi penyelundup untuk membawa imigran gelap dari Myanmar dan Bangladesh menuju Asia Tenggara. Sebagian besar imigran asal Myanmar berasal dari etnis Rohingnya yang dikatakan melarikan diri karena penganiayaan. Meski demikian belum jelas, apakah temuan puluhan jasad pada Sabtu tersebut termasuk di antaranya mayat imigran dari etnis Rohignya.

Advertisement

Banyak imigran gelap menempuh perjalanan berbahaya melalui darat dan laut untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Meski demikian tak jarang asa itu berakhir dengan kesengsaraan, mereka kerap menjadi korban perdagangan manusia dan penyanderaan. Para imigran itu ditawan di kamp-kamp kumuh dan menurut beberapa laporan mereka menghadapi penyiksaan dan menderita kelaparan.. Para pedagang menuntut tebusan untuk pembebasan mereka.

Selain di Malaysia temuan sejumlah kuburan massal dan kamp penahanan juga terjadi di Thailand. Operasi penyisiran pun diperkuat sejak temuan-temuan itu, tindakan keras yang memicu krisis kemanusiaan regional.

Para pedagang memilih meninggalkan kapal penuh sesak imigran terombang-ambing di perairan Asia Tenggara untuk menghindari risiko penangkapan saat mendarat di Thailand. Sebagian dari kapal-kapal tersebut mendarat di Malaysia dan Indonesia. 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif