Soloraya
Sabtu, 22 Agustus 2015 - 15:15 WIB

ASAL USUL : Asale Desa Mojokerto dari Pohon Maja dan Kerta Raharja

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Papan nama Bali Desa Mojokerto, Kecamatan Kedawung, Sragen. (Ivan Andimuhtarom/JIBI/Solopos)

Asal usul ini terkat penamaan Desa Mojokerto di Kedawung, Sragen.

Solopos.com, SRAGEN – Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, nama yang tidak sesuai dengan orang bersangkutan kadang menimbulkan berbagai macam kesialan atau masalah. Untuk mengatasinya, orang Jawa biasanya mengganti nama bayi tersebut agar ia tidak kabotan jeneng (namanya terlalu berat).

Advertisement

Hal itu pulalah yang membuat para sesepuh Desa Kawis di Kecamatan Kedawung, Sragen, mengganti nama desa menjadi Desa Mojokerto. Banyaknya masalah yang timbul di masyarakat dan pemerintahan selama bertahun-tahun memunculkan gagasan penggantian nama desa.

Setelah mengajukan permohonan penggantian nama kepada Gubernur Jawa Tengah, secara resmi Kawis berubah menjadi Mojokerto pada 1965.

“Namun, masalah tak kunjung selesai. Penggantian nama desa terjadi pada masa pemerintahan Dariyo Sukarso. Waktu itu, saya masih mengabdi, belum diangkat jadi perangkat desa,” kata Sugino, 64, yang kini menjabat sebagai Kaur Pemerintahan Desa Mojokerto.

Advertisement

Menurutnya, kata “kawis” berasal dari bahasa Jawa “perkawis” yang artinya adalah perkara atau masalah. Kemudian, nama Mojokerto, berasal dari nama pohon maja yang tumbuh di desa dan ”kerto” yang berasal dari “kerta raharja” yang bermakna tenteram.

Dengan demikian, nama Mojokerto dapat diartikan sebagai tempat tumbuhnya pohon maja yang selalu tenteram.

“Pada masa kepemimpinan [Kades] Darmo Wiyoto yang berlangsung 1971-1980, desa ini banyak masalah seperti tingkat kesejahteraan masyarakat yang rendah. Semua warga di sini dulu melarat. Ada masalah pangan juga. Selain itu, hampir tiap hari ada sengketa tanah dan sengketa lain di masyarakat. Kondisi baru mulai membaik mulai 1982 saat desa dikepalai Slamet Suparto,” terangnya.

Advertisement

Desa Mojokerto kembali geger setelah Pilkades 1999. Saat itu, warga mendemo kades terpilih, Sunarso sehingga kepemimpinannya harus tertunda selama dua tahun menunggu keputusan Mahkamah Agung (MA). Sunarso lalu menjabat 2002-2007.

“Selain kisruh dalam urusan pemerintahan, sejak 1981, balaidesa sudah pindah sebanyak tiga kali. Awalnya, saat masih bernama Desa Kawis, balai desa ada di Dukuh Batu. Lalu, 1981, balai desa dipindah ke RT 013, Dukuh Mojokerto. Kemudian, pemindahan sekali lagi dilakukan 1982 ke balai desa yang sekarang di RT 015, Dukuh Mojokerto,” papar saksi hidup perjalanan Desa Mojokerto itu, beberapa waktu lalu.

Kades Mojokerto, Sunarto, menuturkan kondisi desa mulai adem dan tenteram saat ia menjabat. Ia berharap kondisi tersebut akan berlanjut terus.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif