News
Kamis, 20 Agustus 2015 - 21:15 WIB

TERORISME DI SOLO : Penangkapan Terduga Teroris di Solo Rekayasa, Ini Alasannya

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ahli Bom Densus 88 Antiteror Mabes Polri, AKBP Sunandi (kanan), menjelaskan temuan barang bukti disaksikan Dir Intelijen Densus 88 Antiteror Mabes Polri, Kombes Pol Ibnu Suhendra (tiga dari kanan), dan Kapolda Jateng, Irjen Pol Noer Ali (dua dari kanan), saat gelar perkara penangkapan terduga teroris di Mapolresta Solo, Jumat (14/8/2015). Densus 88 Antiteror Mabes Polri mengamankan barang bukti antara lain potasium, rangkaian elektronik, bendera ISIS, dan skema pembuatan bom. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Terorisme di Solo, pengamat menilai penangkapan terduga teroris penuh rekayasa

Solopos.com, SOLO–Pengamat kontraterorisme Haris Abu Ulya menilai penangkapan terduga teroris di Semanggi, Pasar Kliwon, Solo, Rabu (12/8) lalu adalah rekayasa Densus 88 Antiteror Mabes Polri. Menurut dia hal itu bisa dilihat dari cara Densus menangkap mereka.

Advertisement

“Penanganan terorisme yang dilakukan oleh Densus 88 menunjukkan ketidakprofesionalannya. Cara-cara yang dilakukan saja masih tidak manusiawi,” kata Haris kepada Solopos.com, seusai acara diskusi tentang terorisme di Balai Muhammadiyah Solo, Rabu (19/8/2015) petang.

Menurut dia orang-orang yang ditangkap tersebut belum tentu akan melakukan pengeboman di tempat-tempat sebagaimana yang disampaikan Densus 88. “Bagaimana mau mengebom, mereka yang ditangkap itu tidak punya kapasitas untuk itu. Menurut saya [target-target yang disampaikan Densus] itu hanya opini,” kata Haris.

Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA) ini tidak yakin jika para terduga teroris yang tertangkap itu memiliki akses dana ke Suriah. Jika ada, kata Haris, seharusnya Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengetahui lalu lintas dana yang masuk ke Indonesia.

Advertisement

“Saya yakin ini hanya opini yang dibangun Densus 88 untuk pencitraan momentum 17 Agustus. Padahal dari informasi yang kami terima ketiga orang [terduga teroris] itu sudah diincar sudah lama,” ucap dia.

Menurut Haris para terduga teroris tersebut adalah orang-orang yang memiliki pemahaman radikal. Namun, kata Haris, tidak serta merta polisi mengecap mereka sebagai teroris. Di sisi lain, dia mengaku prihatin dengan ideologi radikal yang berkembang di masyarakat, khususnya kalangan pemuda. Dia  menyayangkan banyak pemuda yang punya semangat tinggi, namun miskin ilmu. Dia mengajak para pemuda memiliki pemikiran yang terbuka dan punya visi yang jelas.

Sementara itu, Direktur Intelejen (Dir Intel) Densus 88 Antiteror Mabes Polri, Ibnu Suhendra, membantah semua anggapan dari Haris. “Rekayasa dari mana itu, tidak ada itu rekayasa. Tidak usah ditanggapi lah itu pengamat ecek-ecek,” kata dia saat dimintai konfirmasi Solopos.com, Kamis (20/8/2015).

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif