News
Kamis, 20 Agustus 2015 - 11:55 WIB

KISAH INSPIRATIF : Pernah Ditolak Masuk SD, Aldo Jadi Mahasiswa Kedokteran UGM di Usia 14 Tahun

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Orang tua Aldo Meyolla Geraldino, Mas'oed-Christina Murtini, saat dijumpai wartawan di Studio 17 di Jl. A. Yani 348 Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, itu, Rabu (19/8/2015). (Septhia Ryanthie/JIBI/Solopos)

Kisah inspiratif ini masih terkait mahasiswa termuda UGM, Aldo Meyolla Geraldino.

Solopos.com, SUKOHARJO – Mahasiswa termuda Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja tahun akademik 2015/2016, Aldo Meyolla Geraldino, 14, dahulu pernah ditolak masuk sekolah dasar (SD) lantaran belum cukup umur.

Advertisement

Fakta itu diungkapkan oleh orang tua Aldo, Mas’oed-Christina Murtini, saat dijumpai wartawan di Studio 17 yang juga kediaman mereka di Jl. A. Yani 348 Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, itu, Rabu (19/8/2015).

Menurut mereka, Aldo masuk playgroup saat usia 2 tahun, taman kanak-kanak (TK) saat usia 3 tahun, kemudian masuk sekolah dasar (SD) saat usianya masih 5,5 tahun.

“Pertama daftar di SDN 15 Solo, namun saat itu Aldo tidak diterima karena dinilai belum cukup umur. Kemudian kami konsultasi dengan psikolog dan mendaftarkan Aldo, dan ternyata bisa masuk ke SDN 16 Solo,” ungkap Mas’oed.

Advertisement

Aldo Meyolla Geraldino (ugm.ac.id)

Ketika ada program akselerasi bagi siswa SD, Mas’oed mengikutsertakan anak bungsunya itu dalam tes dan ternyata lolos. Dengan program akselerasi, dia mengakui anaknya cukup diuntungkan. “SD bisa diselesaikan dalam waktu lima tahun,” imbuhnya.

Lulus SD, Aldo pun mendaftarkan diri ke sekolah menengah pertama (SMP) di Solo yang membuka program akselerasi, yakni SMPN 2 dan SMPN 9. 

“Mendaftar di SMPN 1 juga dan Aldo diterima di ketiga SMP tersebut. Tapi akhirnya memilih SMPN 9 dengan pertimbangan jarak yang dekat dari rumah dan lokasi sekolah yang bukan perkotaan dengan harapan suasana belajar bagi anak bisa lebih tenang,” tambahnya.

Advertisement

Selepas SMP, Aldo kemudian mendaftarkan diri ke SMAN 1 dengan mengambil program akselerasi di SMAN 1 Solo dan juga lolos tes.

Selama menempuh pendidikan mulai SD hingga SMA tersebut, menurut Mas’oed, prestasi akademik Aldo baru terlihat ketika duduk di bangku SMP, terutama untuk mata pelajaran eksak seperti Fisika, Kimia, dan Biologi.

“Saat SD prestasinya biasa saja. Tapi setelah SMP, Aldo biasanya masuk peringkat 3 besar di kelasnya,” imbuhnya.

Meskipun masuk program akselerasi, menurut Mas’oed, bukan berarti kegiatan Aldo melulu belajar dan belajar. Sebab di luar jam sekolah, Aldo juga memilki segudang aktivitas, mulai dari bermain musik bersama grup band-nya, olahraga skateboard, hingga dance.

Advertisement

“Ya seimbang lah, antara belajar dan bermain,” ujarnya. Kepiawaian Aldo dalam hal bermusik, adalah sebagai penggebuk drum atau juga memetik gitar.

Christina menambahkan, dalam belajar, Aldo justru lebih senang dalam kondisi yang santai, bahkan kerap sambil bermain. “Kadang saya diminta membacakan materi pelajaran, sementara dia dengarkan sambil bermain mobil hotwheel,” ungkapnya.

Paling Kecil

Gaya belajar Aldo pun terbilang cukup unik. Sebab menurut Christina, saat guru menyampaikan materi pelajaran di kelas, Aldo terkesan tidak memperhatikan gurunya. Namun saat ulangan atau ujian, nilai-nilai Aldo terbilang baik.

Advertisement

“Karena dulu badannya paling kecil di antara teman-temannya, Aldo kalau duduk pasti di bangku paling depan. Menurut gurunya, kalau sedang jam pelajaran Aldo terkesan tidak memperhatikan, dia juga tidak bisa berdiam diri lama-lama karena anaknya sedari kecil sangat aktif, tapi saat ulangan atau ujian, ternyata nilai Aldo bagus,” terangnya.

Hal itu juga diakui guru wali kelas Aldo saat duduk di bangku SMPN 9 Solo, Heny Riyanti dan Sri Widayati. Menurut kedua guru tersebut, Aldo tergolong siswa yang sangat aktif.

“Aldo ini anaknya sangat aktif. Saat guru mengajar di depan kelas bahkan tangannya tidak bisa diam. Sering ketuk-ketuk pulpen dan terkesan tidak memperhatikan guru. Tapi kalau ulangan atau ujian, nilainya rata-rata bagus. Bahkan selalu rangking 2 besar di kelas, gantian dengan temannya,” ungkap Heny.

Mengingat usianya yang masih tergolong anak baru gede (ABG), Christina mengakui sifat kanak-kanak masih ada dalam diri Aldo. “Dia masih suka cium-cium pipi ayah-ibunya,” ungkap dia.

Pantauan solopos.com, di ruang tamu Studio 17 terlihat Lebih dari 30 piala tertata rapi di meja. Di dinding tak jauh dari puluhan piala itu, tergantung pula beberapa medali prestasi. 

Piala-piala dan medali tersebut di antaranya adalah piala yang berhasil digondol pulang Aldo dari berbagai lomba yang pernah ia ikuti. Sebagian lainnya, merupakan piala dan medali yang berhasil disabet sang kakak, Alma Marikka Geraldina, 21.

Advertisement

Lebih lanjut, Mas’oed mengatakan jurusan Kedokteran  adalah pilihan Aldo. Dia mengakui, semula dirinya menyarankan anaknya itu untuk memilih Jurusan Teknik di Institut Teknologi Bandung (ITB).

“Semula saya sarankan ke ITB mengambil Jurusan Teknik dengan harapan dia juga bisa belajar mandiri, terlebih karena dia anak laki-laki. Tapi ternyata Aldo lebih memilih FK UGM karena keinginannya untuk bisa menolong orang lain. Ya kami tetap men-support itu,” tandasnya.

Ditemui terpisah, Ketua Pengelola Program Akselerasi SMAN 1 Solo, Dwi Hastuti, mengatakan, Aldo merupakan salah satu dari 64 siswa program akselerasi yang prestasinya cukup baik, baik dari sisi akademik maupun nonakademik.

“Nilainya secara akademik termasuk baik, sementara dari nonakademik, Aldo juga punya prestasi, misalnya dalam bermain musik dan dance,” kata Dwi didampingi Sekretaris Pengelola Program Akselerasi, Marwanta.

Menurut Marwanta, Aldo merupakan siswa yang cukup aktif di ekstrakurikuler musik. “Aldo juga bergabung di Grup Musik Star Boy yang kerap menjadi pengisi dalam acara festival maupun parade band di sekolah maupun di luar sekolah,” imbuh Marwanta.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif