Jogja
Kamis, 20 Agustus 2015 - 21:30 WIB

BENCANA GUNUNGKIDUL : Watugajah Dikukuhkan Jadi Desa Tangguh Bencana ke-18

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para warga Desa Bugel, Kecamatan Panjatan berperan sebagai korban bencana alam saat digelar simulasi bencana dalam rangka pengukuhan Kampung Siaga Bencana (KSB) Bugel, Minggu (14/9/2014). (JIBI/Harian Jogja/ Holy Kartika N.S.)

Bencana Gunungkidul masih mengancam, terutama tanah longsor

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Desa Watugajah dikukuhkan menjadi Desa Tangguh Bencana (Destana) dengan digelarnya gladi lapang di Dusun Tamansari, Desa Watugajah, Kecamatan Gedangsari. Dengan adanya pengukuhan, maka Destana Kabupaten Gunungkidul yang sebelumnya 17 desa, kini menjadi 18 desa.

Advertisement

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, Budhi Harjo usai gladi pada Rabu (19/8/2015) mengatakan, Watugajah sendiri merupakan salah satu dari 52 desa di Gunungkidul yang rawan terhadap bencana tanah longsor.

Selama ini, ujarnya, ketika terjadi bencana alam selalu minta bantuan pada BPBD, kini setelah sejumlah tokoh masyarakat desa mendapat pelatihan selama tiga bulan, desa memberanikan diri membentuk Forum Pengurangan Resiko Bencana (PRB).

“Warga desa yang secara geografis berbatasan dengan Kabupaten Klaten ini diharapkan akan menjadi lebih mandiri, sudah tahu apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana,” sebutnya.

Advertisement

Kepala Seksi Logistik dan Kedaruratan BPBD Kabupaten Gunungkidul, Sutaryono mengungkapkan, setelah Desa Watugajah, maka Destana berikutnya yang akan dikukuhkan adalah Desa Semin, Kecamatan Semin. Yang sedianya disusul oleh Desa Giritirto, Kecamatan Purwosari.

BPBD memiliki target terbentuk 20 Destana di Gunungkidul hingga akhir 2015.

PLH Kepala Pelaksana BPBD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), GBPH Yudaningrat yang hadir dalam kesempatan itu mengapresiasi pelaksanaan simulasi yang dinilai sukses dan seakan benar-benar terjadi bencana.

Advertisement

“Meski kita siap menghadapi bencana, tetapi mudah-mudahan bencana itu tidak akan terjadi,” harapnya.

Simulasi, sambungnya, harus dilakukan dalam upaya meningkatkan kapasitas masyarakat dalam penanggulangan bencana. Simulasi juga menjadi upaya strategis untuk membentuk masyarakat tangguh bencana secara nasional. Dengan gladi diharapkan akan menekan resiko korban jiwa dan kerugian harta benda. Ia menyebut, dari 408 desa di DIY, terdapat  301 desa  yang merupakan daerah rawan bencana.

“Untuk Gunungkidul, Kecamatan Gedangsari merupakan salah satu wilayah yang menjadi langganan longsor saat musim penghujan, sehingga gladi ini sangat tepat untuk menciptakan kesiapsiagaan masyarakat,” urainya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif