Jatim
Kamis, 20 Agustus 2015 - 12:05 WIB

Bea Masuk Impor Naik, Bisnis Restoran Melambat

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi makan di restoran (JIBI/Solopos/Dok.)

Bea masuk impor berpengaruh langsung kepada bisnis restoran di Jawa Timur.

Madiunpos.com, SURABAYA — Pertumbuhan kafe dan restoran di Jawa Timur tahun 2015 ini melambat alias banyak penundaan investasi akibat kurs dolar dan adanya kenaikan bea masuk bahan baku impor pada Juli 2015 lalu.

Advertisement

Ketua Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Jawa Timur Tjahjono Haryono mengatakan kondisi tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang rerata pertumbuhan restoran dan kafe di Jatim bisa mencapai 20%-30%. Namun sampai akhir tahun ini hanya akan tumbuh 15%.

“Teman-teman pengusaha restoran dan kafe banyak yang menunda untuk membuka bisnisnya karena nilai dolar sedang gila-gilaan, ditambah kenaikan bea masuk bahan impor. Mereka masih menunggu situasi yang pas,” katanya kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI) di Surabaya, Selasa (18/8/2015).

Adapun kenaikan bea masuk tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 132/0.10/2015. Sedikitnya ada 1.151 item produk impor dari ratusan jenis barang konsumsi yang tarif bea masuknya disesuaikan, dengan kenaikan 10%-150% dari harga dasar.

Advertisement

Kenaikan bea masuk tersebut a.l minuman etil alkohol dengan kadar alkohol kurang dari 80% seperti brandy, whisky, rum dan anggur.  Bea masuk terhadap makanan dan minuman sehari-hari juga dikenakan seperti kopi, teh, ikan salmon, dan sosis impor.

Tjahjono memaparkan, sampai akhir tahun ini setidaknya masih ada 7 sampai 10 kafe dan restoran yang akan beroperasi. Sehingga sepanjang 2015, total ada 20 kafe dan restoran baru di Jawa Timur.

Sekitar 50% kafe dan restoran baru yang di Jatim tahun ini memilih mengambil konsep stay alone atau berdiri atas bangunan sendiri, dan 50% lainnya memilih sewa di dalam mal. Kondisi tersebut juga berkaitan dengan tingginya harga lahan terutama di kota-kota besar.

Advertisement

“Kafe dan restoran yang masuk tahun ini juga kebanyakan adalah brand lokal sekitar 60% nya, sedangkan sisanya brand asing yang kebanyakan memilih hadir di Kota Surabaya,” imbuh Tjahjono.

Apkrindo Jatim mencatat jumlah pengusaha kafe dan restoran di Jatim ada 230 anggota. Sedangkan jumlah restoran di Surabaya untuk segmen menengah ke atas ada sekitar 600 usaha, dan di segmen menengah ke bawah ada sekitar 2.000 usaha.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif