News
Rabu, 19 Agustus 2015 - 17:40 WIB

TERORISME DI SOLO : SIAP Tak Terima Dituduh Teroris

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pendiri SIAP, Muhammad Taufiq (kedua dari kanan), menunjukkan berkas berkas organisasi dan kaus yang diBuga Bugi di Jl. Adisucipto, Solo, Rabu (19/8/2015).

Terorisme di Solo, SIAP meminta polisi mengklarifikasi tuduhan teroris

Solopos.com, SOLO–Pengurus Solidaritas Indonesia Anti Penindasan (SIAP) Solo tidak terima, organisasi mereka disebut-sebut sebagai teroris oleh Densus 88 Antiteror Mabes Polri. Mereka meminta kepada pihak kepolisian menglarifikasi pernyataan tersebut.

Advertisement

Sebelumnya, dalam jumpa pers terkait penangkapan terduga teroris di Mapolresta Solo, Jumat (14/8/2015), Densus memperlihatkan sejumlah barang bukti yang mereka temukan. Salah satunya yakni sebuah kaus warna hitam bertuliskan, “Siap, Terbunuh atau menang”.  Kaus itu ditemukan Densus di rumah salah seorang terduga teroris, Sugiyanto, di Kampung Mojo, Kelurahan Semanggi, Solo. Terkait hal itu, salah satu pendiri SIAP, Muhammad Taufiq, menyatakan kecewa dengan Densus 88. Dia menilai Densus terlalu tergesa-gesa menyimpulkan temuan itu sebagai barang bukti kasus terorisme.

“Bagaimana mungkin kami dituduh sebagai teroris. Kenapa polisi tiba-tiba menyimpulkan kaus itu sebagai barang bukti. Padahal perkumpulan kami bukan teroris,” kata dia kepada wartawan di rumah makan Buga Bugi di Jl. Adisucipto, Solo, Rabu (19/8/2015).

Taufiq menjelaskan kalimat terbunuh atau menang memang menjadi semboyan SIAP.  Menurut dia, SIAP yang didirikan pada 2002 itu bertujuan untuk memberantas preman-preman yang ada di Solo. Kalimat tersebut merupakan penyederhanaan dari sebuah ayat Alquran yang artinya Menang atau mati syahid. “Nah ini anggotanya ini mantan preman semua. Kemudian kami bina ikut pengajian dan akhirnya justru sekarang dia yang memberantas preman. Kalau melawan preman harus punya memang harus seperti itu, kalau tidak menang, ya terbunuh,” ucap Taufiq.

Advertisement

Taufiq mengaku khawatir jika simbol organisasinya digunakan sebagai barang bukti kasus terorisme, maka akan berdampak buruk pada pergerakan SIAP. “Sebenarnya kami diuntungkan juga karena nama kami jadi terkenal. Tapi bagaimana nanti kalau SIAP mau menggelar pengajian, orang-orang lari semua, karena menganggap kami teroris,” ucap dia.

Dia juga menilai penangkapan dan penggeledahan rumah terduga teroris di Semanggi pekan lalu merupakan pengalihan isu. “Ekonomi Indonesia sekarang sedang terpuruk, kemudian reshuffle kabinet kemarin juga bermasalah, penangkapan [terduga teroris] kemarin itu hanya pengalihan isu,”kata dia.

Ketua SIAP, Iwan Tri Winanto, mengatakan SIAP saat ini mempunyai sekitar 600 anggota yang tersebar di Soloraya dan Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Menurut dia, selama ini SIAP justru membantu kepolisian dalam memberantas kejahatan di Kota Solo.

Advertisement

“Kita ini seperti Supeltas [Sukarelawan Pengatur Lalu Lintas]. Bedanya Supeltas membantu Satuan Lalu Lintas, kami membantu Satreskrim,” ujar dia. SIAP berencana melayangkan surat protes kepada Mabes Polri pada akhir Agustus ini.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif