Jogja
Rabu, 19 Agustus 2015 - 02:20 WIB

MUSIM KEMARAU : Laguna Glagah Mulai Menyusut

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah perahu wisata bersandar di dermaga Laguna Pantai Glagah yang semakin lama ketinggian air di kawasan itu terus menyusut, Selasa (18/8/2015). (JIBI/Harian Jogja/Holy Kartika N.S.)

Musim kemarau ikut mempengaruhi kawasan Laguna Pantai Glagah.

Harianjogja.com, KULONPROGO – Akibat kemarau panjang, ketinggian air di kawasan Laguna Pantai Glagah kian menyusut sejak dua bulan lalu. Kondisi tersebut mulai dikeluhkan para pengelola perahu wisata yang biasa beroperasi di kawasan tersebut.

Advertisement

Menurut Suyadi, 45, kondisi laguna yang semakin dangkal akan membahayakan kapal. Apalagi jika semua perahu wisata beroperasi. “Sudah lama laguna mulai dangkal. Di bagian tengah laguna, bahkan sudah mulai tampak gundukan tanah, makanya kami tancapkan bendera sebagai penanda,” ujar Suyadi saat ditemui, Selasa (18/8/2015).

Pendangkalan kawasan laguna tersebut dikhawatirkan membahayakan perahu saat melintas. Pasalnya, kapan saja perahu atau kipas pada perahu dapat tersangkut endapan tanah. Suyadi memaparkan, sejak tahun lalu pendangkalan laguna mulai terjadi. Terutama saat memasuki musim kemarau, air di laguna mulai surut.

Lebih lanjut Suyadi mengatakan, pada kondisi normal kedalaman air bisa mencapai lebih dari tiga meter. Akibat pendangkalan yang terjadi, saat ini kedalaman air di laguna hanya menyisakan setengah meter saja.

Advertisement

“Tahun lalu kami menggunakan kas kelompok untuk menyewa back hoe, untuk mengeruk tanah di laguna ini. Kurang lebih tahun lalu menghabiskan Rp4 juta sekali keruk. Apalagi kami sudah dipungut [uang retribusi] oleh dinas, jadi mestinya bisa difasilitasi juga. Selain itu, kalau bisa kami dibuatkan dermaga,” jelas Suyadi.

Nugroho, pelaku wisata lainnya mengatakan, pengemudi perahu harus berhati-hati saat melintasi laguna yang mulai muncul endapan tanah. Dia mengatakan, apabila kipas perahu sampai tersangkut, maka kerusakan yang dialami akan cukup berat. Bahkan, harga kipas perahu relatif mahal, sekitar Rp1,4 juta.

“Kami harap dapat segera dikeruk [laguna]. Saat ini juga ada 45 perahu yang dapat dioperasikan, agar tidak membahayakan, perahu dioperasikan bergilir,” imbuh Nugroho.

Advertisement

Sementara itu, Kasi Objek dan Sarana Prasarana Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kulonprogo Kuat Tri Utomo tak menampik, kondisi pendangkalan laguna dapat menghambat aktifitas pariwisata di kawasan tersebut. Dia menandaskan, memerlukan biaya yang cukup besar untuk mengeruk endapan tanah di kawasan laguna.

“Biayanya cukup besar untuk pengerukan, jadi belum bisa dianggarkan. Kami [Dinas] juga memiliki beberapa rencana penataan di kawasan wisata itu. Rencananya, akan dibangun talud pada tahun depan. Lokasinya di sandaran perahu di sisi utara laguna. Di situ mulai terjadi abrasi, sehingga perlu segera dibuat talud,” jelas Kuat.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif