Soloraya
Rabu, 19 Agustus 2015 - 11:15 WIB

KEKERINGAN BOYOLALI : Waduk Bade Kritis, Petani Beralih Tanam Palawija

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kondisi Waduk Bade Boyolali, Selasa (18/8/2015). (Kharisma Dhita Retnosari/JIBI/Solopos)

Kekeringan Boyolali menyebabkan stok air Waduk Bade menipis. 

Solopos.com, BOYOLALI — Persediaan air Waduk Bade di Desa Bade, Kecamatan Klego, Boyolali semakin kritis di setiap musim kemarau. Pengecekan ketebalan sedimentasi pun dilakukan sebagai pertimbangan urgensi pengerukan.

Advertisement

Petugas operasional dan pemeliharaan (OP) Waduk Bade, Sutardi, 43, mengatakan pengecekan akan berlanjut dengan pembahasan apakah akan dikeruk atau ditambah bendungan dengan suplesi dari Sungai Braholo.

Program pengecekan sedimen dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana yang berkantor pusat di Semarang tersebut sudah berjalan hampir satu bulan. Hasil pengecekan dapat diketahui di bulan kedua, karena pengecekan dirancang selesai dalam dua bulan.

Dia menerangkan pengecekan bertujuan untuk mengukur penebalan sedimentasi lumpur yang menurutnya sudah tergolong tinggi.

Advertisement

Dia menambahkan begitu ada tender observasi pengerukan, hasil pengecekan tersebut akan memasuki tahapan penilaian uji coba di Semarang.

Realisasi pengerukan baru dapat dilakukan pascalolos penilaian di Jakarta. Menurutnya, sebelum sampai ke tahap penilaian oleh pusat di Jakarta, sudah kandas duluan saat penilaian di Semarang.

“Ini sedang diproses untuk mengetahui seberapa dalamnya lumpur Waduk Bade. Pengecekan seperti ini sebenarnya tahun-tahun kemarin juga dilakukan. Tapi selalu, gagal lolosnya justru waktu penilaian di Semarang, karena biasanya sudah kalah di penentuan prioritas,” tutur dia saat dijumpai

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif