Soloraya
Minggu, 16 Agustus 2015 - 21:45 WIB

BATU AKIK SUKOHARJO : Batu Mulia Lokal Laris Manis

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Batu mulia yang dijual dan dipamerkan di Hartono Mall. (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Batu akik Sukoharjo, batu-batu lokal menjadi magnet pembeli karena harga terjangkau

Solopos.com, SUKOHARJO–Batu mulia lokal paling laris diburu para kolektor batu mulia saat pameran batu akik Nusantara Gemstone Expo (NGE) II di Hartono Mall, Solo Baru. Selain harganya terjangkau, batu mulia lokal mempunyai keeksotisan warna.

Advertisement

Ketua Pelaksana NGE II dari Event Organizer Tiga Huruf Solo, Banu Putranto Putra, mengatakan ada beberapa jenis batu mulia lokal seperti bacan, kecubung, kalsedon serta giok. Penjualan batu mulia lokal itu laris manis selama penyelenggaraan pameran batu akik.

“Hampir setiap stand pameran menjual batu mulia lokal yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia,” katanya saat ditemui Solopos.com, Minggu (16/8/2015).

Harga batu mulia lokal cukup terjangkau sehingga diburu para pecinta batu mulia di Solo dan sekitarnya. Batu mulia lokal juga mempunyai ciri-ciri tertentu seperti kejernihan dan komposisi warna. “Ada yang harganya Rp100.000-Rp1 juta. Ada juga yang di atas Rp1 juta, jadi masih terjangkau untuk kalangan masyarakat menengah,” ujar dia.

Advertisement

Selain harga yang terjangkau, kualitas batu mulia lokal tak kalah dibanding batu mulia asal luar negeri. Alhasil, batu mulia lokal digemari para pecinta batu mulia di Indonesia. Mereka rela merogoh kocek dalam untuk menambah koleksi batu mulia.

Kendati demikian, batu permata seperti zamrud, safir dan ruby juga masih diincar konsumen. Hal ini dibuktikan dengan penjualan batu permata yang semakin meningkat selama pameran. “Batu permata juga diburu para pecinta batu mulia dari kalangan masyarakat menengah ke atas. Jadi sudah ada segmennya masing-masing,” papar dia.

Menurut Banu, tren batu mulia diperkirakan dapat bertahan lama hingga beberapa tahun mendatang. Tren batu mulia berbeda dengan tanaman gelombang cinta atau ikan louhan yang booming beberapa tahun lalu. Batu mulia tak bisa diternakkan. Artinya, harga batu mulia justru semakin tinggi lantaran semakin langka.

Advertisement

Dia membandingkan antusias pengunjung pameran batu akik NGE I pada April lalu. Kala itu, jumlah pengunjung pameran tak berbeda jauh dibanding NGE II. “Animo masyarakat untuk mengunjungi pameran masih cukup tinggi. Ini membuktikan tren batu mulia tidak meredup,” terang dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif