News
Senin, 10 Agustus 2015 - 19:30 WIB

KELANGKAAN DAGING SAPI : KPPU Endus Kartel di Balik Lonjakan Harga Daging Sapi

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi daging sapi (JIBI/Solopos/Dok.)

Kelangkaan daging sapi dan lonjakan harga diduga karena permainan kartel daging sapi.

Solopos.com, JAKARTA — Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengendus adanya tindakan kartel daging sapi yang mengakibatkan melonjaknya harga daging sapi akhir-akhir ini. Dari Sumatera hingga Jawa Timur, harga daging sapi mencapai Rp130.000-Rp140.000 per kilogram.

Advertisement

Ketua Komisioner KPPU M. Syarkawi Rauf mengatakan dari hasil monitoring yang dilakukan KPPU, diduga ada persekongkolan antara sejumlah importir dan feedloter yang menahan pasokan daging sapi agar harga melambung.

“Kami belum bisa sampaikan siapa, tetapi berdasarkan data yang kami kumpulkan, ada yang menahan pasokan daging ke pasar,” ujarnya kepada Bisnis/JIBI, Senin (10/8/2015).

Syarkawi menjelaskan dugaan adanya kartel dalam bisnis daging sapi sudah tercium oleh KPPU sejak 2012 lalu. Saat ini, lembaga pengawas persaingan usaha itu tengah melakukan penambahan alat bukti. “Indikasi yang mengarah ke kartel dari data sebelumnya sudah ada. Kami cuma butuh info yang lebih meyakinkan,” katanya.

Advertisement

Kesulitan yang dihadapi KPPU dalam memperkuat dugaannya ini adalah alat bukti dokumen yang belum begitu kuat. Menurutnya, KPPU akan mencari peran dari asosiasi ataupun orang per orang yang memiliki keterkaitan.

Sebagai informasi, KPPU sempat memantau ketat pergerakan pedagang besar dan importir sapi di pasar atas dugaan kartel pada 2013 lalu. Saat itu, KPPU berkesimpulan peluang munculnya kartel justru dapat disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang tidak berorientasi peningkatan populasi sapi dalam negeri.

Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo), Joni Liano, menyampaikan kelompok pengusaha penggemukan sapi tersebut siap untuk diperiksa dan diaudit untuk membuktikan benar tidaknya dugaan kartel tersebut.

Advertisement

“Kartel itu kan sekelompok orang yang bersekongkol membentuk harga. Kami feedloter siap ditindak, silakan diperiksa pemasukan sapi bakalan impor yang ada di kandang,” kata Joni saat dihubungi Bisnis/JIBI.

Menurut Joni, saat ini pemerintah memang hanya dapat menghitung berapa jumlah sapi bakalan yang diimpor yang saat ini berada di kandang feedloter dan tak kunjung memastikan berapa jumlah pasokan sapi lokal sebenarnya. Padahal, sapi impor diharapkan hanya berkontribusi sebanyak 20% terhadap kebutuhan daging sapi nasional yang terpusat di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif