Jogja
Senin, 10 Agustus 2015 - 10:20 WIB

FESTIVAL LAYANG-LAYANG : Warna-Warni di Langit Parangkusumo

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu layang-layang peserta Festival Layang-Layang 2015 berbentuk kadal terbangtengah beraksi di Pantai Parangkusumo, Minggu (9/8/2015) siang. (JIBI/Harian Jogja/Arief Junianto).

Festival layang-layang 2015 kali ini diramaikan 80 layangan.

Harianjogja.com, BANTUL-Ada yang tak biasa di langit Pantai Parangkusumo, Minggu (9/8/2015). Langit sepanjang pantai yang berada tepat di sisi barat Pantai Parangtritis itu terlihat riuh oleh layang-layang beragam bentuk dan warna.

Advertisement

Festival Layang-Layang kembali digelar di pantai yang sama. Seperti tahun lalu, lebih dari 80 buah layang-layang beragam bentuk meriahkan langit Pantai Parangkusumo.

Suminto, salah satu pelayang-sebutan bagi orang yang menerbangkan layang-layang-asal Jogja, sudah sedari pagi berada di Parangkusumo. Dalam event ini, ia setidaknya menyiapkan 3 buah layang-layang dengan ukuran besar. “Kalau yang ini, ukuran panjangnya sekitar 2 meteran,” katanya sambil menyiapkan layang-layang berbentuk seperti seorang penari.

Tak ayal, ketika juri memberikan aba-aba, layang-layang dengan aneka warna miliknya itu sontak terbang mengikuti arah angin. Laiknya seorang penari, layang-layang miliknya itu berlenggak-lenggok di langit Parangkusumo.

Advertisement

Bersamaan dengan terbangnya ‘Sang Penari’ miliknya, belasan layang-layang lainnya sudah lebih dulu berlenggak-lenggok di langit yang sama. Ada yang dengan tenang melayang-layang, ada pula yang bergerak kesana kemari terhempas kencangnya angin selatan. “Semua tergantung bagaimana kita memasang kerangkanya,” cetus Suminto.

Memang, dalam menyiapkan sebuah layang-layang berukuran besar, tak semudah dalam menyiapkan layang-layang berukuran kecil. Perhitungan cermat mutlak diperlukan agar angin tak justru membuat layang-layang bergerak tak berarah di langit. Semakin cermat perhitungan pemasangan kerangka, maka semakin sempurna pula layang-layang itu melayang di tengah hempasan angin. “Seperti punya saya ini,” ucapnya sambil menunjuk ke arah layang-layangnya yang melayang tenang.

Pelaksanaan event tahunan itu, kali ini memang terlihat lebih meriah ketimbang tahun lalu. Terbukti dari semakin banyaknya peserta yang mengikuti acara itu meningkat ketimbang tahun lalu.

Advertisement

Event kali ini, kata Kirun, salah satu panitia Festival Layang-Layang 2015, diikuti oleh 30 pelayang yang tak hanya berasal dari DIY saja. Beberapa di antaranya juga datang dari beberapa daerah lain seperti Cilacap, Kebumen, dan Tulungagung.

Sementara untuk kategori yang dilombakan, ia mengaku tak jauh beda dengan gelaran tahun lalu. Ada 4 kategori yang dilombakan, yakni tradisional, dua dimensi, tiga dimensi, dan kategori train naga.

Kategori tradisional, lanjutnya, biasa diterapkan oleh para pelayang dalam dua jenis, yakni montholan dan mancungan. Montholan adalah jenis layang-layang tradisional yang bentuknya menyerupai monthol, lengkap dengan ekornya yang berbentuk bulat. Sedangkan mancungan tergolong layang-layang yang menghasilkan bunyi-bunyian yang terbuat dari bambu dengan sumber bunyi awalnya dari daun aren.

“Tapi sekarang sudah ada yang memakai plastik,” imbuhnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif