Sport
Minggu, 9 Agustus 2015 - 03:20 WIB

PSS SLEMAN : Kursi Panas dan Sampai Kau Bisa

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pemain PSS Sleman, Waluyo (23) berusaha merebut bola dari pemain Lampung FC pada Final Divisi Utama LPIS 2013 di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Minggu (10/11/2013). (JIBI/Harian Jogja/Gigih M Hanafi)

PSS Sleman untuk pelatih Haru Setiawan mengundurkan diri.

Harianjogja.com, SLEMAN-Ketidakjelasan kontrak pemain, jadwal Piala Kemerdekaan hingga tekanan yang diterima mendorong Haru Setiawan mundur sebagai manajer PSS Sleman.

Advertisement

“Maaf Mas, saya sudah mundur. Saya tidak lagi menjadi manajer Tim,” sepenggal kalimat yang diucapkan oleh Haru Setiawan, Manajer PSS Sleman melalui sambungan telepon kepada saya, Kamis (6/8/2015) petang.

Sebuah pernyataan yang sempat membuat kening saya berkerut dan memaksa saya untuk kembali bertanya mengenai nasib PSS ke depan. “Mundur? terus bagaimana dengan kelangsungan tim? tinggal sepuluh hari lagi kick-off Piala Kemerdekaan?”

Advertisement

Sebuah pernyataan yang sempat membuat kening saya berkerut dan memaksa saya untuk kembali bertanya mengenai nasib PSS ke depan. “Mundur? terus bagaimana dengan kelangsungan tim? tinggal sepuluh hari lagi kick-off Piala Kemerdekaan?”

Namun, sebelum pertanyaan di otak saya itu keluar melalui mulut, Haru buru-buru memotongnya dengan pernyataan lainnya.

“Saya mundur karena memang sudah tidak ada kecocokan dan transpransi di tubuh manajemen,” ucap Haru.

Advertisement

Sementara jika merunut perjalanan tim selama enam tahun terakhir, baru kali ini manajer tim mundur dari PSS. Sebelumnya, kursi panas di tubuh PSS terletak di posisi pelatih kepala.

Sebut saja sejak 2008, sudah berapa pelatih yang silih berganti menempati kursi panas tersebut. Menariknya, pergantian kursi pelatih tersebut sebagian besar selalu terjadi di awal dan pertengahan kompetisi.

Pada 2008-2009, posisi pelatih kepala Yudi Suryata yang awalnya menggantikan Iwan Setiawan terpaksa harus digantikan asistennya Maman Durachman. Tahun 2009-2010, Yance Erfraim Matmey terpaksa harus digantikan oleh Singh Bettay. Di 2010, Inyong Lolombulan juga harus digantikan M Basri sebelum kompetisi dimulai.

Advertisement

PSS hanya mencatatkan sekali tidak melakukan pergantian pelatih, yakni pada tahun 2011-2012. PSS memercayakan kursi kepelatihan diduduki oleh Widyantoro. Namun kursi tersebut tetap panas pada tahun selanjutnya. Alhasil pergantian pelatih kembali terjadi. Tahun 2013, Hanafi harus rela digantikan Yusak Susanto yang akhirnya juga harus digantikan oleh Lafran Pribadi.

Panasnya kursi kepelatihan tersebut pun berlanjut pada 2014, di mana Sartono Anwar terpaksa harus digantikan Herry Kiswanto di awal musim. Kondisi yang sama kembali diulang pada 2015, Siswanto “Kancil” yang awalnya menangani tim terpaksa harus angkat koper setelah manajemen memilih Jaya Hartono menggantikan posisi pria asal Magelang itu sebagai pelatih. Sedangkan di turnamen Piala Kemerdekaan kali ini, Manajemen PSS memercayakan tim ditangani oleh Didik Listyantara.

Terlepas dari semua sejarah dan persoalan yang sempat dialami PSS Sleman, tim kebanggaan Slemania dan Brigata Curva Sud ini harus tetap berjalan dan menyiapkan diri menghadapi turnamen Piala Kemerdekaan, 15 Agustus mendatang.

Advertisement

Pada turnamen yang diselenggarakan oleh Tim Transisi, PSS tercatat sebagai kontestan dan tergabung di Grup D. Di grup yang sebagian besar diisi oleh tim Jawa Timur tersebut, PSS akan melawan Persepam Madura United, Persekap Pasuruan, Persatu Tuban, Persebo Bondowoso dan tuan rumah Grup D, Madiun Putra.

Jika dilihat dari kekuatan ada, lawan-lawan yang dihadapi oleh PSS Sleman bukanlah tim yang mudah dikalahkan. Pada pertandingan pertama anak asuh Didik Listyantara akan langsung dihadapkan mantan kontestan ISL, Persepam Madura United, 15 Agustus mendatang. Dua hari berikutnya, PSS akan ditantang sang tuan rumah Madiun Putra.

Sedangkan tiga tim lainnya, yakni Persekap Pasuruan, Persatu Tuban dan Persebo Bondowoso yang akan ditantang pada 21, 23 dan 25 Agustus juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Tim-tim yang menjadi lawan PSS di Grup D adalah tim kuat dan memiliki ciri permainan keras dan cepat khas Jawa Timur.

Sementara sampai kini persiapan yang dilakukan oleh PSS masih jauh dari harapan. Mundurnya Haru Setiawan dari posisinya sebagai manajer pun diikuti sejumlah pemain, seperti Johan Arga dan Busari. Padahal, kedua pemain itu menjadi tulang punggung skuat besutan Didik Listyantara. Di sisi lain, sampai kini kekuatan dari PSS juga belum teruji. Hal ini diperlihatkan dengan belum pernah PSS melawan tim selevel. Padahal, kick-off turnamen tinggal menghitung hari.

Melihat kondisi seperti ini, mungkinkah keinginan publik Sleman yang ingin PSS Sleman berjaya seperti penggalan lagu “Sampai Kau Bisa” karya Neckemic terealisasi? Wallahualam.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif