Kolom
Sabtu, 8 Agustus 2015 - 07:00 WIB

TENTANG ISLAM : Mengatasi Sifat Suami yang Angkuh dan Egois

Redaksi Solopos.com  /  Evi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi suami kasar (Theguardian.com)

Tentang Islam diasuh oleh H. Muhammad Amir, S.H., C.N., Ketua Majelis Pembina Yayasan Pendidikan Islam Al Mukmin Ngruki, Sukoharjo. Tentang Islam juga dimuat di subrubrik Ustaz Menjawab Khazanah Keluarga Harian Umum Solopos, setiap Jumat.

Solopos.com, SOLO — Suami sebagai kepala rumah tangga seyogyanya menjadi sosok pelindung bagi seluruh anggota keluarganya. Tapi, bagaimana jika sang suami memiliki sifat egois dan cenderung angkuh?

Advertisement

Simak jawaban ustaz soal cara menghadapi sifat angkuh dan egois suami kali ini, Jumat (7/8/2015). Pembahasan mengenai hal ini pernah dimuat di Harian Umum Solopos edisi Jumat (10/10/2014).

Pertanyaan

Advertisement

Pertanyaan

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Saya ingin mencurahkan isi hati saya, Pak Ustaz. Saya anggota pengajian Gabungan Muslimah Surakarta sejak tahun 1999 sampai sekarang. Saya ibu rumah tangga, punya anak dua, suami bekerja sebagai anggota satuan pengamanan (satpam) di Kota Solo.

Sebagai anggota satpam dia terkenal galak, angkuh, dan egois. Watak suami saya sering dibawa ke rumah sehingga saya sebagai istri merasa malu, terutama bila ada tamu. Bila berbicara kasar kepada siapa pun, termasuk kepada istri.

Advertisement

Pertanyaan saya Pak Ustaz, perbuatan dan tindakan suami yang angkuh, egois, dan kasar apakah dibenarkan dalam Islam? Bagaimana dengan alasan dia sebagai kepala rumah tangga dan berkuasa segala-galanya.

Meskipun suami saya berlaku kasar, egois terhadap saya, akan tetapi saya tetap sabar, tenang. Saya mengikuti nasihat di pengajian gabungan muslimat selama hampir 15 tahun terakhir. Mohon nasihat dan solusi terbaik buat saya sebagai istri serta sebagai ibu rumah tangga. Terima kasih atas jawaban Ustaz.
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh. [Ny. Sri Lestari, Perum Josroyo, Jaten]

Ustaz Menjawab

Advertisement

Wa’alaikumsalam warahmatullaahi wabarakaatuh.
Ibu Sri Lestari yang dirahmati Allah, alhamdulillah saya bersyukur Ibu rajin ngaji di pengajian Gabungan Muslimat Surakarta. Mudah-mudahan Ibu tetap istikamah dalam mengikuti pengajian.

Ibu sudah lama mengikuti pengajian, hendaknya Ibu tetap sabar, ikhlas, dan berdoa semoga akhlak dan mental suami Ibu bisa berubah sehingga bisa meninggalkan perilaku yang angkuh, egois, dan kasar.

Mungkin secara psikologis watak seorang anggota satpam harus tegas agar semua tertib dan aman. Bisa jadi watak tersebut dibawa ke rumah, Ibu sebagai korbannya. Saran dan solusi saya dalam menghadapi kasus rumah tangga Ibu ditinjau dari Alquran dan Hadis sebagai berikut.

Advertisement

Pertama, suami adalah kepala rumah tangga. Ia harus bertanggung jawab terhadap nafkah keluarga, sandang, pangan, papan, pendidikan anak-anak, dan mampu membuat situasi rumah tangga menjadi aman dan sejahtera sesuai kemampuannya.

Kedua, Ibu sebagai istri dan sebagai ibu rumah tangga harus selalu menjaga dan melayani kebutuhan suami dan anak-anak sehari-hari. Bila suami berlaku kasar dan egois, istri harus berusaha memperingatkan dengan baik dan bijaksana agar suami sadar bahwa dia telah melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan moral dan akhlak Islam.

Ketiga, pada waktu yang longgar dan santai adakan musyawarah kecil untuk bermuhasabah, introspeksi, mawas diri demi kebaikan bersama. Suami harus menyadari perbuatan angkuh, egois, dan kasar bukan ajaran Islam. Itu ajaran setan.

Setan adalah makhluk jahat yang selalu menggoda manusia agar tersesat dari jalan yang benar dan masuk ke neraka. Setan musuh manusia terbesar dan harus kita lawan.

Keempat, untuk mencapai keluarga sakinah mawadah dan rohmah hendaknya suami istri menjaga akidah Islam secara murni, jangan dicampur dengan syirik; jaga ibadah mahdhoh dan ghoiru mahdhoh; rajin membaca Alquran dengan tadabur; bersedekah walau hanya sedikit; menjaga silaturahmi dan baik dengan tetangga; berbakti dan hormat kepada kedua orang tua; perbanyak wirid, zikir, istigfar, ikhtiar, doa, dan sabar.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif