Soloraya
Jumat, 7 Agustus 2015 - 03:10 WIB

PERTANIAN KLATEN : Usir Hama Tikus, Warga Gledeg Manfaatkan Burung Hantu

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Pertanian Klaten terganggu dengan hama tikus. Mereka pun memanfaatkan burung hantu untuk mengatasinya.

Solopos.com, KLATEN – Warga Gledeg, Karanganom mengusir hama tikus dengan memanfaatkan puluhan burung hantu. Burung-burung tersebut diyakini mampu menjadi predator hama tikus yang mematikan ketimbang menggunakan zat kimia.

Advertisement

Kepala Urusan (Kaur) Pemerintahan Gledeg, Awaludin, mengatakan jumlah burung hantu yang hidup bebas di daerahnya mencapai 80-an ekor. Jumlah tersebut sudah mampu meredam serangan tikus di areal lahan seluas 65 hektare. Seekor burung hantu bisa memangsa 3-10 ekor tikus per malam. Suara burung hantu di malam hari diyakini juga bisa menakut-nakuti tikus di sawah.

“Kami menggunakan burung hantu untuk mengusir hama tikus sejak tahun 2012. Hasilnya, sangat bagus. Sebelum tahun 2012, petani di sini jarang panen maksimal [bahkan tanaman padi ludes diserang hama tikus]. Setelah ada burung hantu, semua petani di sini bisa panen. Rata-rata, satu hektare bisa mencapai tujuh ton,” katanya saat ditemui wartawan di Gledeg, Kamis (6/8/2015).

Awaludin menjelaskan pemerintah desa (Pemdes) telah menyusun peraturan desa (Perdes) No. 3 Tahun 2012 tentang Larangan Memburu Burung Hantu. Setiap warga yang melanggar peraturan tersebut didenda hingga Rp5 juta.

Advertisement

“Kesadaran warga di sini untuk tidak berburu burung hantu sudah tinggi. Sejak tahun 2012, tidak ada yang melanggar Perdes itu. Sejak saat itu, kami hanya mengingatkan warga dari luar desa karena mencoba berburu burung hantu di sini. Lantaran burung hantu ini sukses meredam hama tikus, saat ini Pemdes juga mengeluarkan Perdes tentang larangan mencari belut dengan setrum, larangan berburu katak, dan ikan,” katanya.

Salah satu warga Gledeg, Ragil Kuncoro, 33, mengakui keberadaan burung hantu di desanya memberikan dampak positif bagi pengembangan produktivitas padi. Saat ini, beberapa warga di Gledeg juga siap menjadi relawan dadakan untuk merawat burung hantu yang sakit.

“Misalnya ada burung hantu yang sakit [tidak bisa terbang], sudah ada beberapa warga di sini yang mengarantinakan burung hantu. Para relawan ini siap merawat burung hantu yang sakit agar kembali sehat. Biasanya, relawan mencukupi kebutuhan pangan burung hantu dengan mencari tikus di rumah-rumah setiap harinya,” kata warga RT 001/RW 001 itu.

Advertisement

Dia mengatakan warga Gledeg juga telah membuat rumah burung hantu (Rubuha) sebanyak 73 unit. Dari jumlah tersebut, Rubuha belum permanen sebanyak 48 unit. Sedangkan, Rubuha permanen sebanyak 25 unit.

“Warga di sini juga sudah memahami teknik membesarkan, membuat Rubuha, dan cara memanjakan burung hantu agar bisa hidup secara nyaman,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif