Soloraya
Jumat, 7 Agustus 2015 - 04:10 WIB

KEKERINGAN SUKOHARJO : 2.000 Hektare Sawah Bera

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Dok)

Kekeringan Sukoharjo mengakibatkan 2.000 hektare sawah tak ditanami atau bera.

Solopos.com, SUKOHARJO – Sekitar 2.000 hektare lahan pertanian di Sukoharjo tidak ditanami alias bera selama musim kemarau. Mayoritas lahan pertanian merupakan sawah tadah hujan yang bergantung pada cuaca.

Advertisement

Musim kemarau berdampak pada lahan pertanian di Sukoharjo. Tak sedikit, lahan pertanian yang tak ditanami alias bera saat musim kemarau. Hal ini dikarenakan tak ada pasokan air ke lahan pertanian. Apalagi, sebagian besar lahan pertanian yang bera merupakan sawah tadah hujan.

Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Sukoharjo, Netty Harjiyanti, mengatakan lahan pertanian yang bera tersebar di Kecamatan Weru, Baki, Bendosari dan Mojolaban. Pasokan air yang mengairi lahan pertanian cukup sedikit.

“Pasokan air ke sawah sangat sedikit sehingga tak ditanami selama musim kemarau,” katanya saat ditemui Solopos.com di Kantor Setda Sukoharjo, Kamis (6/8/2015).

Advertisement

Menurutnya, lahan pertanian yang terletak di saluran irigasi Dam Colo Timur tak mengalami permasalahan kendati musim kemarau. Pasokan air ke sawah tetap lancar. Sementara lahan pertanian yang bera merupakan sawah tadah hujan dan sawah yang terletak di saluran irigasi paling akhir.

Biasanya, sawah tadah hujan hanya ditanami padi saat memasuki musim penghujan. Para petani akan bercocok tanam saat turun hujan. “Sawah tadah hujan mengandalkan pasokan air dari hujan. Saat kemarau, sawah tadah hujan tak ditanami padi,” terang dia.

Kendati demikian, Netty optimistis kondisi tersebut tak akan mempengaruhi produksi padi di Kabupaten Jamu. Hal ini dikarenakan pasokan air ke sawah di sepanjang saluran irigasi Dam Colo Timur tetap lancar. Tak hanya itu, sebagian petani juga mengoptimalkan pompanisasi untuk mengairi lahan persawahan.

Advertisement

Biasanya, pompa air tersebut milik dikelola langsung oleh kelompok tani. Biaya operasional pompa air itu ditanggung anggota kelompok tani secara patungan. “Hanya sebagian petani yang menggunakan pompa air. Tergantung apakah ada sumber air di dekat lahan persawahan atau tidak,” papar Netty.

Di sisi lain, Camat Nguter, Setyo Aji Nugroho, mengungkapkan sebagian besar sawah di wilayah Nguter mengandalkan pasokan air dari Dam Colo Timur. Kendati musim kemarau namun pasokan air ke saluran irigasi sawah cukup memadai. Dia memperkirakan musim panen masa tanam (MT) II pada awal September mendatang.

“Pasokan air ke sawah masih cukup, tidak ada masalah. Sawah yang bera terletak jauh dari saluran irigasi. Pasokan airnya sedikit jadi sawah tidak ditanami selama musim kemarau,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif