News
Kamis, 6 Agustus 2015 - 19:40 WIB

PERTUMBUHAN EKONOMI : Ekonomi Soloraya Diprediksi Tumbuh Positif

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/harian Jogja/google image)

Pertumbuhan ekonomi, berdasarkan hasil survei kegiatan usaha, ekonomi di Soloraya tumbuh positif.

Solopos.com, SOLO–Pertumbuhan ekonomi di triwulan ketiga ini diprediksi masih tumbuh positif. Hal ini terlihat dari hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU) di tiga sektor penting di Soloraya, yakni sektor pertanian, industri, serta perdagangan, hotel, dan restoran (PHR).

Advertisement

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo, Ismet Inono, mengatakan sektor pertanian pada triwulan III ini tumbuh lebih tinggi jika dibandingan triwulan II dengan saldo bersih tertimbang (SBT) 4,4% menjadi 11,5%. Hal tersebut disumbang daru subsector tanaman pangan karena panen pada musim tanam (MT) II terjadi pada awal triwulan III. Namun hasil panen ini diperkirakan tidak setinggi MT I karena adanya serangan hama.

Sektor industri pengolahan juga menunjukkan gejala positif dan diperkirakan menguat yang ditunjukkan oleh hasil SBT naik menjadi 6,4% dari 6,1% dari triwulan II. Kegiatan ekonomi sektor PHR juga diprediksi naik yang ditunjukkan kenaikan hasil SBT yang tajam dari 2,5% menjadi 11% pada triwulan ini. Peningkatan dua sektor tersebut didukung bertambahnya permintaan karena Lebaran, liburan sekolah, dan tahun ajaran baru.

“Indeks keyakinan konsumen [IKK] pada Juli naik 4% menjadi 118%dari triwulan II yang hanya 114%. Hal tersebut didukung mulai normalnya aktivitas di Pasar Klewer. Sektor usaha yang paling berpengaruh terhadap perekonomian di Soloraya adalah pertanian, industri, dan PHR. Apabila tiga sektor tersebut tumbuh positif akan mendorong pertumbuhan ekonomi Soloraya,” ungkap Ismet saat jumpa pers Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Soloraya di Kantor Perwakilan BI Solo, Kamis (6/8/2015).

Advertisement

Dia mengatakan sektor industri pengolahan mengindikasikan adanya pelambatan konsumsi listrik,  impor bahan baku dan impor barang modal. Hal ini disebabkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sehingga pengusaha mengurangi impor dan memanfaatkan pasokan yang ada. Selain itu, hal ini dipengaruhi oleh pelambatan ekspor, terutama tekstil dan produk tekstil (TPT) dari 187,3% menjadi 87,4% jika dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/yoy).

“Sektor PHR diperkirakan akan terus menguat seiring dengan kebijakan kelonggaran LTV [loan to value] perumahan dan kendaraan bermotor,” kata dia.

Pertumbuhan yang positif pada ketiga sektor tersebut membuat penyaluran kredit juga meningkat. Penyaluran kredit di sektor pertanian tercatat naik 22,58% hingga Juni (yoy). Begitu pula sektor industri pengolahan dan PHR yang masing-masing penyaluran kredit tumbuh 20,77% (yoy) dan 13,66% (yoy).

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif