Jateng
Rabu, 5 Agustus 2015 - 17:50 WIB

PILKADA SERENTAK : Pengamat: Persaingan Pilkada Purbalingga Sangat Ketat

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pilkada langsung (JIBI/Dok)

Pilkada serentak akan digelar di sejumlah daerah termasuk Purbalingga.

Kanalsemarang.com, PURWOKERTO-Pengamat politik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Ahmad Sabiq memperkirakan persaingan dalam Pemilihan Kepala Daerah Purbalingga akan berlangsung sangat ketat.

Advertisement

“Pasangan pertama jelas memiliki modal politik yang lebih besar karena didukung mesin-mesin parpol besar, sementara pasangan kedua punya modal sosial yang cukup memadai,” katanya di Purwokerto, Jawa Tengah, Rabu (5/8/2015).

Seperti diketahui Pilkada Purbalingga 2015 diikuti dua pasangan bakal calon bupati dan wakil bupati, yakni pasangan Tasdi-Dyah Hayuning Pratiwi (Tasdi-Tiwi) dan pasangan Sugeng-Sutjipto (Su-Tji).

Advertisement

Seperti diketahui Pilkada Purbalingga 2015 diikuti dua pasangan bakal calon bupati dan wakil bupati, yakni pasangan Tasdi-Dyah Hayuning Pratiwi (Tasdi-Tiwi) dan pasangan Sugeng-Sutjipto (Su-Tji).

Dalam hal ini, pasangan Tasdi-Tiwi yang diusung PDIP, Partai Gerindra, Partai NasDem, PAN, dan PKS mendaftar pada hari terakhir pendaftaran, Selasa (28/7/2015), sehingga sempat memunculkan calon tunggal.

Sementara pasangan Su-Tji yang diusung PKB, Partai Hanura, dan Partai Demokrat mendaftar pada hari terakhir masa perpanjangan pendaftaran, Senin (3/8/2015).

Advertisement

“Kita sendiri juga belum tahu pasti dari sisi ekonomi, mana yang paling memadai. Tapi intinya, tidak mesti yang namanya modal politik itu kemudian menjadi penentu dominan dalam pemenangan dan waktunya masih cukup lama, sampai 9 Desember,” kata dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unsoed itu.

Dengan demikian, kata dia, masih banyak hal-hal yang bisa muncul dan mungkin menjadi kejutan-kejutan termasuk di saat hanya ada calon tunggal kemudian ada pasangan yang mendaftar lagi sehingga menjadi kejutan politik.

Menurut dia, kesempatan tersebut juga dapat dimanfaatkan oleh pasangan yang terakhir mendaftar pilkada untuk membuktikan bahwa mereka bukan sebagai calon boneka termasuk pertaruhan kehormatan partai politik.

Advertisement

“Mereka itu dari sisi konstelasi politik yang ada, mungkin melihat bahwa sulit mengalahkan pasangan yang pertama. Akan tetapi karena ada kehormatan politik itu, mereka tidak mau kalah sebelum berperang. Ini mungkin bisa mendapat apresiasi dari masyarakat atas keberanian mereka,” katanya.

Ia mengatakan bahwa pada diri pasangan kedua muncul sifat kenegarawanan untuk tidak semata-mata mendapatkan kekuasaan tetapi ada sesuatu yang diperjuangkan oleh partai itu.

“Mereka [pasangan kedua] mungkin akan kalah tapi kalahnya secara terhormat daripada kalah sebelum bertanding sama sekali. Namun kalau itu bisa diolah oleh pasangan kedua, mungkin akan cukup mampu untuk menarik simpati dari masyarakat yang lain,” katanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif