Jogja
Rabu, 5 Agustus 2015 - 05:20 WIB

PILKADA SERENTAK : PAN-Gerindra Saling Sindir

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pemungutan suara (JIBI/Solopos/Antara)

Pilkada serentak, perpecahan KMP tampak di Yogyakarta

Harianjogja.com, JOGJA-Perpecahan di tubuh Koalisi Merah Putih (KMP) di DIY kian mengemuka dalam pemilihan kepala daerah serentak. Partai Amanat Nasional (PAN) menyindir sikap Partai Gerindra yang kukuh mengajukan calon bupati di Kabupaten Bantul. Sementara Gerindra menilai PAN tidak menghargai proses demokrasi yang berlangsung dan takut kalah.

Advertisement

Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN DIY, Nazaruddin menyatakan telah menginstruksikan kadernya di Bantul untuk abstain, tidak ikut dalam pertarungan pilkada serentak 2015. Nazaruddin menilai calon incumben di Bantul terlalu kuat sehingga harus mencari strategi untuk melakukan perubahan, yakni dengan menunda pilkada.

Sejak awal, Nazaruddin mengungkapkan, semua partai dalam koalisi KMP sepakat untuk melakukan perubahan karena belum ada figur alternatif untuk menyaingi calon petahana. Namun dalam perjalanannya, Nazaruddin mengakui iklim politik di Bantul sudah tidak kondusif, “Setelah salah satu peserta koalisi mengusung calon,” kata Nazaruddin disela-sela acara Syawalan DPW PAN di Hotel Ros-In, Senin (3/8/2015) malam.

Diketahui Gerindra akhirnya mencalonkan Suharsono dan Abdul Halim Muslih sebagai calon bupati dan calon wakil bupati Bantul. Pasangan calon ini juga didukung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Demokrat.

Advertisement

Nazaruddin pun meragukan calon yang diusung oleh partai koleganya di KMP tersebut. Ketua Harian KMP DIY ini mengaku, PAN sudah melakukan penjajakan calon penantang incumben tersebut. Hasilnya, kata Nazaruddin, Suharsono-Abdul Halim tidak mengusung visi perubahan. “Dalam proses komunikasi tak pernah ada dialog perubahan. Wacana hanya transaksional,” tegas Nazaruddin.

Semestinya, sambung Nazaruddin, jika calon penantang petahana itu akan mengusung perubahan, maka seluruh kekuatan politik dikumpulkan, direngkuh, dimainkan dan dikonsolidasikan. “Bukan dengan pertimbangan pragmatis. Ini hanya sekadar daftar,” ucap dia.

Nazaruddin mengakui peta politik Bantul yang terjadi tidak lepas dari perpolitikan di Sleman, sehingga KMP di Bantul membuat sekenario untuk mengusung pasangan calon. Kondisi tersebut diakuinya semakin berat untuk melawan pasangan calon inkumben.

Advertisement

Terpisah, Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gerindra DIY, Dharma Setiawan menyatakan partainya tidak peduli dengan berbagai prasangka negatif yang dialamatkan pada Suharsono-Abdul Halim Muslih. Tudingan Ketua DPW PAN DIY bagi Dharma menjadi penyemangat Gerindra untuk bertarung dalam Pilkada di Bantul.

Dharma menilai PAN tidak menghargai proses demokrasi hanya karena takut kalah. Demokrasi, kata Dharma, seharusnya mengikuti proses kompetisi dengan sehat dan benar. “Perkara menang atau tidak serahkan pada pemilih,” ucap dia di DPRD DIY, Selasa (4/8)

Pria yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua III DPRD DIY ini menyatakan tetap optimis mendapat banyak dukungan memenangkan pilkada Bantul. Selain dukungan PKS, PKB, dan Demokrat, Dharma mengaku masih terus mencari dukungan dari beberapa partai yang belum menentukan sikap untuk mendompleng pasangan calon yang didukungnya, karena elektabilitas Suharsono-Abdul Halim Muslih masih jauh dibawah calon petahana.

“Kami sudah penjajakan dengan pak Syukri Fadholi [Ketua DPW PPP],” katanya. Dharma mengakui selama ini pasangan calon yang diusungnya menjadi target sasaran yang negatif, mulai dari calon boneka, pemalsuan SKrekomendasi DPP Gerindra, memanipulasi hingga dicap berkhianat. “Kami berani buktikan itu tak benar,” tegas Dharma.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif