News
Rabu, 5 Agustus 2015 - 17:30 WIB

PILKADA SERENTAK 2015 : Pilkada Surabaya Ditunda, Risma: 2017 Saya Sudah Settle di Swasta

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tri Rismaharini, calon Wali Kota Surabaya di pilkada serentak 2015. (JIBI/Solopos/Antara/Herman Dewantoro)

Pilkada serentak 2015 terancam tak digelar di Surabaya.

Solopos.com, SURABAYA — Jika gagal menggelar Pilkada, Surabaya mulai akhir September akan dipimpin oleh penjabat sementara (Pjs) wali kota. Tri Rismaharini yang segera mengakhiri jabatannya juga belum bisa maju di Pilkada lantaran adanya penundaan Pemilihan Walikota (Pilwali) sampai 2017.

Advertisement

Pilkada Surabaya ditunda karena tidak ada calon wali kota periode 2015-2020 yang maju selain pasangan Tri Rismaharini-Wisnu Sakti Buana yang diusung oleh PDIP. Sebelumnnya Partai Amanat Nasional (PAN) dan Demokrat telah mengusung pasangan Dhimam Abror Djuraid-Haries Purwoko, tetapi pada detik terakhir pendaftaran pencalonan, pasangan tersebut batal maju.

Menurut Risma, penjabat sementara yang bakal dipilih oleh Gubernur Jawa Timur nantinya diharapkan bisa mengurusi semua bidang yang masih menjadi pekerjaan rumahnya. Pjs maupun calon wali kota Surabaya berikutnya juga diharapkan demikian.

Advertisement

Menurut Risma, penjabat sementara yang bakal dipilih oleh Gubernur Jawa Timur nantinya diharapkan bisa mengurusi semua bidang yang masih menjadi pekerjaan rumahnya. Pjs maupun calon wali kota Surabaya berikutnya juga diharapkan demikian.

Apa saja ungkapan wali kota yang akrab dipanggil Risma itu kepada media saat ditemui di ruang kerjanya, di Balai Kota Surabaya, Rabu (5/8/2015).

Bagaimana pendapat Ibu Risma dengan ditundanya pilwali tahun ini?
Ya enggak apa-apa. Diundur itu memang kehendak Tuhan. Kalau seperti itu, Tuhan pasti mengatur yang terbaik.

Advertisement

Kalau diminta oleh Ibu Megawati jadi wali kota lagi bagaimana?
Ya dilihat nanti lah. Saya enggak ada keinginan [jadi wali kota]. Saya alamiah saja. Prinsip saya itu, saya tidak boleh punya keinginan karena nanti saya bisa ngawur akibat ambisi. Semua jalan bakal saya tempuh kalau saya punya ambisi.

Kalau ditawari Pak Jokowi jadi menteri bagaimana?
Tawaran apa, enggak ada. Saya enggak mau kemana-mana. Saya cuma mau di Surabaya saja.

Apa yang ibu Risma lakukan sebagai kader PDIP ?
Saya enggak tahu. Saya enggak mau macam-macam. Saya juga enggak ngerti politik praktis. Saya enggak ngerti, dan saya enggak bisa politik.

Advertisement

Sosok Pjs yang bagiamana yang diharapkan Ibu Risma ?
Semua bidang harus bisa karena bupati atau walikota itu berhadapan langsung dengan masyarakat. Enggak bisa kalau cuma satu sektor saja yang difokuskan, enggak ada gunanya. Menjadi kepala daerah itu memang berat.
Kenapa saya pilih tetap walikota saja dari pada jadi menteri, itu karena kalau menteri hanya bersifat policy, sedangkan kepala daerah itu kalau bantu masyarakat bisa langsung kena. Bagaimana agar orang yang sakit itu bisa segera sembuh, bagaimana pendidikan bisa dijangkau anak-anak.

Menurut Ibu Risma pekerjaan apa yang harus dikebut sebelum masa jabatan ibu habis, mengingat seorang Pjs memiliki keterbatasan wewenang?
Yang jelas saya harus menyelesaikan izin-izin proyek transportasi trem, proyek Jalan Lingkar Luar Timur (JLLT) dan Jalan Lingkar Luar Barat (JLLB) dan proyek jembatan-jembatan seperti Kenjeran, jembatan di Gunungsari, jembatan di Jl. Ratna.

Kalau sudah tidak menjabat sebagai wali kota, apa aktivitas Ibu Risma nanti?
Pokoknya di swasta, masih rahasia lah. Kalau menjadi dosen di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya sudah pasti tapi hanya dosen tamu.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif