News
Rabu, 5 Agustus 2015 - 21:30 WIB

PERDAGANGAN MANUSIA : Mirip Kasus Benjina, 45 Warga Myanmar Diduga Korban Trafficking

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah Anak Buah Kapal (ABK) warga negara Myanmar, Laos, dan Kamboja yang bekerja di PT. PBR Benjina tiba di PPN Tual, Maluku, Sabtu (4/4/2015). Sebanyak 323 ABK diangkut menuju ke Tual dengan pengawalan KRI Pulau Rengat dan Kapal Pengawas Hiu Macan 004 sambil menunggu proses pemulangan oleh pihak Imigrasi. (JIBI/Solopos/Antara/Humas Kementerian Kelautan Perikanan)

Perdagangan manusia mirip kasus Benjina diduga terjadi di Ambon dengan korban puluhan warga Myanmar.

Solopos.com, JAKARTA — Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri mengungkap praktik dugaan perdagangan manusia dengan korban warga negara Myanmar yang dipekerjakan sebagai anak buah kapal di Ambon, Maluku.

Advertisement

Sal weu, 23, warga Myanmar yang diduga menjadi korban, menuturkan dirinya sudah empat tahun berada di Ambon dan bekerja sebagai ABK. Dari pekerjaannya itu, Sal dijanjikan gaji 7500 bath atau setara Rp2,8 juta/bulan. Nyatanya dia tak memperoleh hasil jerih payahnya itu.

“Katanya tunggu dulu, gaji juga belum. Tapi kalau mau beli apa-apa dikasih,” tuturnya dengan bahasa Indonesia terbata-bata di Bareskrim Polri, Jakarta, Rabu (5/8/2015).

Sal adalah satu dari 45 warga Myanmar yang dievakuasi penyidik Bareskrim Polri lantaran diduga korban perdagangan manusia. Mereka berusia 20 hingga 50 tahun dan mayoritas laki-laki.

Advertisement

Kepala Unit Human Trafficking Bareskrim Polri, AKBP Arie Dharmanto, mengatakan polisi telah mengevakuasi 45 warga Myanmar itu dari Ambon setelah mendapat laporan dari pihak kedutaan Myanmar, Rabu (5/8/2015). Para korban kini telah diamankan di Hotel Fiducia, Petojo. “Langkah pertama evakuasi dulu,” katanya.

Arie mengatakan berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, identitas mereka dipalsukan menjadi warga Thailand. Adapun bosnya adalah seorang warga negara Thailand. Arie menduga modus pelaku mirip dengan kasus dugaan perbudakan di Benjina. Namun dia enggan memastikan pengungkapan ini ada kaitannya dengan Benjina.

“Sama-sama anak buah kapal, tidak digaji, seaman book [dipalsukan],”katanya.

Advertisement

Selama di Ambon, mereka bekerja salah satu perusahaan. Menurut Arie, korban awalnya hendak dipulangkan ke Myanmar. Namun Arie heran, jika dipulangkan, tak ada koordinasi dengan koordinasi pihak setempat maupun kedutaan Myanmar di Indonesia. Hal inilah selanjutnya yang akan didalami penyidik.

Hingga saat ini belum ada satupun yang ditetapkan sebagai tersangka. “Masalah siapa tersangka nanti lebih lanjut,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif