Soloraya
Selasa, 4 Agustus 2015 - 02:40 WIB

WISATA KARANGANYAR : Pemkab Ubah Tawangmangu Seperti BNS Malang

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengunjung objek wisata Grojogan Sewu, Tawangmangu, berdesakan di sekitar lokasi air terjun, Sabtu (18/7/2015). (JIBI/Solopos/Dok.)

Wisata Karanganyar, pemkab akan ubah wajah Tawangmangu
Solopos.com, KARANGANYAR–Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar ingin menduplikasi kawasan wisata Batu Night Spectacular (BNS) Kota Batu, Jawa Timur (Jatim), di Kecamatan Tawangmangu. Pemkab berharap ada pihak ketiga yang berani menanamkan modal di Tawangmangu. Pernyataan tersebut disampaikan Wakil Bupati Karanganyar, Rohadi Widodo, Senin (3/8/2015).
“[Pihak ketiga] Diharapkan muncul di sana [Tawangmangu]. Selama ini pilihan wisata di Tawangmangu pada malam hari masih kurang. Kalau bisa seperti BNS di Batu kan bagus,” kata dia.
Rohadi menegaskan pengembangan wisata yang dia maksud tidak mengarah kepada tempat hiburan malam seperti kafe. Tapi, dia melanjutkan, berupa wahana hiburan keluarga. Pemkab Karanganyar, menurut Rohadi siap memfasilitasi bila ada calon investor yang berminat menanamkan modal di Tawangmangu. “Bukan tempat untuk dugem loh ya,” sambung dia.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mengatakan Tawangmangu dan wilayah sekitarnya merupakan kawasan wisata andalan Bumi Intanpari. Sayang potensinya belum optimal. Kendati diakui dia ekonomi di wilayah tersebut terus tumbuh. Salah satunya usaha kuliner yang mulai merambah Kecamatan Ngargoyoso. Pilihan kuliner di wilayah tersebut kian variatif.
Sedangkan wisata kuliner di Tawangmangu masih perlu diperkuat. Menu sate kelinci sebagai komoditas unggulan Tawangmangu dinilai belum ada yang bisa menjadi ikon wilayah. “Tempat kuliner di Tawangmangu selama ini hanya itu-itu saja, sop buntut dan pecel. Sate kelinci banyak tapi belum ada yang bisa menjadi unggulan dan pusat tujuan orang,” ujar dia.
Rohadi optimistis banyak pilihan tempat atau area yang bisa dikembangkan menjadi lokasi wisata terpadu malam hari di Tawangmangu. Alasannya, masih banyak lahan yang belum digarap. Disinggung daya beli masyarakat Soloraya dan Jateng, Rohadi mengakui masih kalah dengan Jatim. Tapi masalah tersebut menurut dia masih bisa disiasati dengan tarif yang disesuaikan.
“Tarif Rp100.000 bagi masyarakat Jatim bisa jadi dianggap wajar atau biasa bagi warga Jatim. Tapi untuk warga Jateng dianggap mahal. Solusinya ya tarifnya disesuaikan,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif