Jogja
Selasa, 4 Agustus 2015 - 23:20 WIB

KEKERINGAN KULONPROGO : Sekolah Ikut Ajukan Bantuan Air Bersih

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Truk tangki air dari Tagana saat memindahkan air bersih ke dalam bak penampung air di SD Negeri Jatiroto, Desa Purwosari, Girimulyo, Senin (3/8/2015). (JIBI/Harian Jogja/Holy Kartika N.S)

Kekeringan di Kulonprogo membuat warga kesulitan air, bukan hanya di rumah, tetapi juga sekolah

Harianjogja.com, KULONPROGO – Sejumlah sekolah dasar di Kecamatan Girimulyo mulai mengalami kekeringan. Bahkan, satu sekolah sudah dua kali mengajukan droping air guna memenuhi kebutuhan air bersih.

Advertisement

Distribusi air bersih yang dilakukan tim Tagana dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsonakertrans) Kulonprogo telah dilakukan sebanyak tujuh kali selama hampir satu bulan ini. Anggota Tagana Girimulyo Sutikno mengatakan, distribusi air bersih itu menyasar sejumlah wilayah di Girimulyo.

Sutikno memaparkan, ada beberapa desa yang sudah menerima distribusi air bersih dari Tagana. Di antaranya di Dusun Wonosari, Dusun Penggung, Dusun Nogosari, Dusun Karangrejo, dan Dusun Banaran.

“Kebanyakan permintaan air dari sekolah-sekolah. Ada empat sekolah yang meminta bantuan air bersih,” ujar Sutikno saat ditemui di sela penyaluran bantuan air di SD Negeri Jatiroto, Dusun Wonosari, Desa Purwosari, Senin (3/8/2015).

Advertisement

Sutikno memaparkan, empat sekolah tersebut yakni, SD Cublak, SD Negeri Jatiroto, SD Kepundung dan MI Nogosari. Upaya pemenuhan kebutuhan air bersih tersebut diakuinya sulit dalam mencari sumber air terdekat. Pasalnya, beberapa mata air mulai keruh dan tidak layak digunakan.

“Kami mengambil air dari sumber air di Dusun Ngroto, Desa Pendoworejo yaitu sumber air Blumbang dan Tegalsari,” imbuh Sutikno.

Sementara itu, Kepala Sekolah SD Negeri Jatiroto Sudaryati mengungkapkan, sudah dua kali ini sekolah tersebut menerima bantuan air bersih. Distribusi pertama sebelum Lebaran, digunakan untuk mendukung kegiatan sekolah dan kebutuhan air bersih sehari-hari.

Advertisement

Sudaryati mengaku permintaan air bersih tersebut terpaksa dilakukan, mengingat sumur sekolah mulai mengering. Padahal, sekolah ini membutuhkan air untuk keperluan ibadah dan kegiatan siswa seperti cuci tangan massal dan gosok gigi bersama.

“Kalau tidak ada air, semua kegiatan terganggu, bahkan tidak berjalan. Saat mulai kehabisan air, kegiatan-kegiatan itu pun harus berhenti dulu sampai air disalurkan,” jelas Sudaryati.

Air yang didistribusikan guna memenuhi kebutuhan warga sekolah juga masih tergolong kurang layak. Pasalnya, air cenderung keruh, sehingga tidak dimanfaatkan untuk keperluan konsumsi. Sudaryati mengungkapkan, untuk keperluan konsumsi seperti air minum untuk guru mendapatkan bantuan air bersih dari warga sekitar sekolah.

“Sedangkan untuk keperluan MCK, kami juga mengimbau kepada anak-anak agar irit menggunakan air,” imbuh Sudaryati.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif