Jogja
Selasa, 4 Agustus 2015 - 05:20 WIB

KEKERINGAN GUNUNGKIDUL : Kemarau Diprediksi Panjang, Anggaran Kebutuhan Air Ditambah

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekeringan di Wonogiri (JIBI/Solopos/Dok)

Kekeringan Gunungkidul coba diantisipasi dengan menambah anggaran untuk pembiayaan dropping air bersih

Harianjogka.com, GUNUNGKIDUL-Kepala Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Gunungkidul Dwi Warna Widinugraha mengatakan, Pemkab akan mengajukan penambahan dana yang dianggarakan dalam APBD 2015 sebesar Rpp200 juta.

Advertisement

“Isunya kemarau akan panjang, dan lebih baik kita menyiapkan anggaran dari pada nanti kurang,” tuturnya, akhir pekan lalu.

Kepala pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gunungkidul, Budhi Harjo menerangkan BPBD mengusulkan tambahan anggaran untuk pelaksanaan droping sebanyak 300 tangki. Pihaknya sudah diundang oleh BPBD Daerah Istimewa Yogyakarta untuk koordinasi terkait bencana kekeringan yang diprediksi lebih panjang dari tahun sebelumnya.

“Fungsi kita kan hanya membackup Dinsosnakertrans karena disana yang melakukan droping. Kita akan melakukan dropping di wilayah yang tidak terjangkau,” ucapnya.

Advertisement

Terpisah, Direktur PDAM Tirta Handayani, Isnawan Fibriyanto menjelaskan bahwa di Gunungkidul terdapat tiga sumber mata air dengan jumlah debit cukup baik yakni, sungai bawah tanah Baron, Tanjungsari yang memiliki debit pada kemarau 2.000 liter/detik baru digunakan 100 liter/detik, Seropan, Semanu berdebit 1.000 liter/detik baru digunakan 150 liter/ detik, Bribin, Semanu 40 liter/detik.

Untuk Seropan, digunakan untuk enam wilayah kecamatan antara lain Semanu, Ponjong , Karangmojo, Semin, Rongkop, dan Wonosari. Bribin, digunakan tiga kecamatan yakni, Tepus, Semanu, dan Rongkop. Sementara itu, sumber air bawah tanah Baron mencukupi kebutuhan empat wilayah kecamatan diantaranya Tanjungsari, Saptosari, Paliyan, Panggang.

“Untuk musim kemarau, PDAM memaksimalkan ketersediaan dan pelayanan air bagi pelanggan. Bagi wilayah kecamatan yang belum disebutkan, mereka memenuhi kebutuhan air dari PAMDes yang dikelola masyarakat,” terangnya.

Advertisement

Disinggung mengenai kendala memaksimalkan sumber air di Gunungkidul yang melimpah itu, Isnawan mengungkapkan sejumlah kendala. Beberapa di antaranya kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang terus menerus mengalami kenaikan. Biaya pemasangan pipa sambungan baru serta perbaikan-perbaikan, membutuhkan biaya besar dan waktu.

“Contohnya saja memasukkan pipa sambungan ke Goa Bribin sepanjang 400 meter, waktu sehari tidak cukup, serta membutuhkan tenaga tidak sedikit,” urainya.

Isnawan juga menjelaskan pada 2015 pihaknya sedang mengerjakan 1.500 sambungan rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), hingga Juli 2015 sudah tersambung 500 sambungan, ditargetkan selesai pada September 2015 sebagai solusi air di Wonosari, Seropan, Semanu, Baron, Tanjungsari. Pada 2016 program akan terus berlanjut disesuaikan dengan kapasitas sumber air yang dimiliki PDAM.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif