News
Selasa, 4 Agustus 2015 - 09:50 WIB

INFLASI SOLO : Ini Penyebab Inflasi Solo Lampaui Nasional

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi inflasi (Dok/JIBI)

Inflasi Solo pada bulan Juli mencapai 0,96%.

Solopos.com, SOLO—Lebaran menyebabkan inflasi Solo pada bulan Juli mencapai 0,96%, lebih tinggi dari inflasi nasional yang hanya 0,93%. Inflasi ini paling banyak disumbang kelompok bahan makanan dan tarif transportasi yang naik selama Lebaran.

Advertisement

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Solo, R. Bagus Rahmat Susanto, menyampaikan kelompok bahan makanan dan transportasi, komunikasi, & jasa keuangan saja telah menyumbang inflasi hingga 0,91%. Bahan makanan yang memberi sumbangan paling banyak adalah cabai rawit yang mengalami kenaikan harga hingga 49,78% dengan memberi andil inflasi 0,15%. Bahan makanan lainnya adalah daging ayam ras mengalami kenaikan harga 12,47% dan petai yang naik hingga lebih dari 60%.

Meski begitu, sumbangan inflasi paling banyak adalah perubahan tarif angkutan udara yang memberi andil inflasi hingga 0,28% akibat kenaikan tarif 34,26%. Tarif angkutan antarkota juga naik sekitar 17,41% jika dibandingkan biasanya. Kenaikan tarif ini mengingat banyaknya masyarakat yang mudik sehingga permintaan meningkat tajam.

“Inflasi ini lebih tinggi dari Lebaran tahun lalu yang hanya 0,56%. Hal ini dipengaruhi tingginya harga cabai,” kata Bagus kepada wartawan di ruang kerjanya, Senin (3/8/2015).

Advertisement

Sidak pasar dan pasar murah yang diadakan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Solo dan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo pada tahun ini dinilai tidak berdampak signifikan dalam menekan harga barang di pasar. Hal ini karena tingginya permintaan masyarakat.

Namun untuk bahan makanan seperti bawang merah, telur ayam ras, tomat sayur, dan nangka muda membantu menekan inflasi karena mengalami penurunan harga. Bagus mengatakan meski inflasi naik cukup tinggi jika dibandingkan Juni (0,53%).

Berdasarkan penghitungan year to date (ytd) inflasi Solo cukup rendah, yakni 1,22% jika dibandingkan tahun lalu yang mencapai 3%.

Advertisement

“Ke depan yang perlu diwaspadai adalah kelompok bahan makanan. Hal ini karena mulai memasuki musim kemarau sehingga menyebabkan kekeringan di sejumlah daerah yang dapat memicu kenaikan harga,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif