News
Senin, 3 Agustus 2015 - 15:40 WIB

MOS BERUJUNG MAUT : Evan, Siswa SMP Meninggal Seusai MOS, Begini Kisahnya

Redaksi Solopos.com  /  Evi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi jenazah. (JIBI/Solopos/Dok.)

Masa Orientasi Siswa atau MOS 2015 telah selesai.

Solopos.com, JAKARTA — Masa Orientasi Siswa (MOS) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Flora, di Pondok Ungu, Bekasi, Jawa Barat, telah selesai. Namun, kegiatan ini menyisakan teka-teki, lantaran salah satu pesertanya dikabarkan meninggal.

Advertisement

Adalah Evan Cristopher Situmorang, 12, yang meninggal dua pekan setelah mengikuti MOS di sekolahnya, Selasa-Kamis (7-9/7/2015). Evan dikabarkan meninggal pada Kamis (30/7/2015) lalu.

Nama Evan mencuat ke ranah publik dan menjadi pembicaraan hangat di media sosial Twitter, Senin (3/8/2015), lantaran ayah Evan, Jose Felindo Situmorang berpendapat anaknya tersebut sakit-sakitan setelah mengikuti kegiatan fisik saat MOS.

“Sebelum meninggal disuruh scott jump sama kakak kelas atau panitia,” ujar Jose di kediamannya, di Gang 7 Sektor V, Perumahan Pondok Ungu, Bekasi Utara, Jawa Barat, sebagaimana Detik lansir, Minggu (2/8/2015).

Advertisement

Tidak hanya scott jump, menurut Jose, Evan juga disuruh berjalan kaki dari Pondok Ungu Blok A ke Perumahan Puri. Dari sana, Evan lalu berjalan kaki lagi ke POM bensin Pondok Ungu dan kembali ke sekolahannya.

“Setelah mengikuti MOS, kesehatannya mulai menurun. Anak saya mulai mengeluh sakit di bagian kakinya,” kata Jose.

Masuk Sekolah dan Asam Urat

Menurut Jose, setelah MOS, Evan sempat masuk sekolah dua hari, yaitu pada Senin-Selasa (27-28/7/2015).

Advertisement

“Anak saya hanya bersekolah cuman dua hari yaitu tanggal 27 Juli dan 28 Juli,” ujar Jose, Minggu.

Pada hari terakhir Evan bersekolah, gurunya menelepon dan mengabarkan Evan tidak bisa bergerak dan kejang-kejang.

“Lalu saya bilang. Bu, anak saya begitu semenjak habis MOS,”terang Jose kapada guru Evan saat itu.

“Masa sih, Pak? Kalau gitu ambil anak Bapak pulang,” jawab guru Evan.

Advertisement

Setelah dibawa pulang, Jose mengantar anaknya ke puskesmas terdekat. Di sana, Evan mendapatkan pemeriksaan darah dan hasil pemeriksaan dokter mengatakan kandungan asam urat anaknya 6,7.

Setelah dibawa pulang ke rumah, Evan nyaris tidak dapat berjalan. “Saya lihat kakinya enggak ada bengkak dan keras,” terangnya.

Jose sempat mananyakan penyebab sakit tersebut kepada Evan langsung. “Ini kamu kenapa, Nak?” tanya Jose.

“Itu pasti karena MOS,” jawab Evan kala itu.

Advertisement

“Ada dipukul orang?” tanya Jose lagi.

“Enggak ada, Pak,” jawab Evan.

Ahok Menyayangkan

Terkait dengan kematian Evan yang diduga karena kegiatan berat saat MOS, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku turut prihatin. Ahok berharap kegiatan MOS yang membahayakan nyawa siswa tidak terjadi di Jakarta. ?

“Saya baca berita tadi pagi, sedih. Kejadian seperti itu harusnya jangan terjadi di Jakarta,” ucap Ahok ?setelah membuka acara Gerak Jalan Gembira dalam rangka HUT ke-49 SMA Negeri 19 Jakarta/SMA Negeri 19, Jalan Perniagaan 31 Tambora Jakarta Barat, Minggu, sebegaiaman dilansir Liputan6.

Ahok berharap para guru di DKI agar lebih peduli dengan kondisi siswanya. Ia meminta agar guru memperlakukan para muridnya sesuai kemampuan fisik masing-masing siswa. Sebab, kondisi fisik seseorang berbeda dan tak bisa disamaratakan.

Advertisement

“Kondisi jantung kita enggak sama. Saya bisa lari 10 kilometer, tetapi apakah bapak-bapak di sini bisa? Atau misalnya kalau saya enggak bisa lari setengah jam, kalau dipaksakan bisa jantungan lalu meninggal,” ucap Ahok. [Baca: Klarifikasi Pihak Sekolah]

 

Klarifikasi Pihak Sekolah

Hingga berita ini turun, pihak sekolah SMP Flora membantah ada tindak kekerasan saat MOS. Sementara menurut hasil pemeriksaan medis menyatakan Evan meninggal karena asam urat.

“Jadi kami klarifikasi, kalau kabar meninggalnya Evan dikarenakan MOS itu tidak benar, karena setelah pelaksanaan PLS (Pengenalan Lingkungan Sekolah atau disebut MOS) ada jeda waktu libur 17 hari sampai masuk awal proses belajar mengajar dimulai,” kata Kepala Sekolah SMP Flora, Maria W Da Gomez kepada wartawan, di Perum Pondok Ungu Permai, Bekasi Utara, Jawa Barat, sebagaimana dilansir Detik, Senin (3/8/2015).

Menurut Maria, pelaksanaan MOS telah dilaksanakan dengan edukatif dan tidak berbentuk perploncoan. Bahkan pada saat pelaksanaanya tidak ada keluhan maupun pernyataan sakit dari orang tua atau murid.

“Sangat edukatif dan tidak ada kegiatan yang mengarah perploncoan karena tujuannya pengenalan sekolah. Kegiatan PLS kami lakukan dengan acuannya berdasarkan pada formulir pendaftaran dan untuk murid Evan tidak ada pernyataan adanya riwayat sakit. Jika memang ada tentu sejak awal sudah kami cegah,” jelas Maria.

Maria berharap orang tua perlu jujur mengatakan riwayat kesehatan sang anak baik sebelum maupun pelaksanaan kegiatan pengenalan lingkungan sekolah.

“Kenapa semua menyalahkan ke sekolah, kalau dikaitkan dengan MOS itu sama sekali tidak benar. Orang tua juga harusnya secara jujur mengatakan apakah kegiatan apa yang telah dilakukan selama libur untuk menjelaskan persoalan tentang kesehatannya,” tutup Maria. [Baca: Visum Luar Tak Ada Kekerasan]

 

Visum Luar

Di sisi lain, pihak kepolisian merasa berkewajiban mengungkapkan kecurigaan orang tua Evan, meski orang tua Evan tidak menuntut siapa pun.

“Walaupun orang tuanya buat pernyataan tidak menuntut siapa pun, Polri punya kewajiban untuk mengungkap ada tidaknya dugaan pidana itu, kalau ada yang tidak pas, saya akan perintahkan gali jenazah dan autopsi di tempat,” kata Kapolresta Bekasi Kombes Daniel Bolly Tifaona, Minggu.

Langkah itu dilakukan guna memperjelas penyebab kematian Evans. Namun demikian, penyelidikan sementara, polisi tidak menemukan adanya tanda kekerasan di tubuh Evan.

“Visum luar tidak ditemukan tanda kekerasan,” kata Daniel, sebagaimana dilansir Detik, Senin.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif