Entertainment
Senin, 3 Agustus 2015 - 01:00 WIB

KABAR ARTIS : Rio Dewanto Jualan Kopi di Blok M

Redaksi Solopos.com  /  Evi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rio Dewanto (Instagram.com/riodewanto28)

Kabar artis Rio Dewanto mulai menjajal dunia bisnis kuliner.

Solopos.com, JAKARTA — Aktor sekaligus suami artis Atiqah Hasiholan, Rio Dewanto, kabarnya sedang sibuk mengurus kedai kopinya di langan Blok M, Jakarta.

Advertisement

Langkah Rio makin mantap lantaran sang istri mencurahkan dukungan penuh untuknya dalam bisnis kedai kopi ini. Artis pemeran Jody di film Filosofi Kopi tersebut mengaku senang mengajak Atiqah di setiap urusan bisnisnya.

“Iya memang dukung banget dan semua yang aku kerjain pasti butuh dukungan dia [Atiqah], dan apapun bisnisnya aku pasti ajak dia,” kata Rio di Jakarta Selatan, sebagaimana dilansir Okezone, Sabtu (1/8/2015).

Menurut Rios, sebagai bentuk dukungan Atiqah,  istrinya itu juga ikut mengurus kedai kopinya. “Iya benar banget dia sering ikut kok, dia kadang lihat dan menemani aku di kedai itu gimana,” jelas Rio.

Advertisement

Terlepas dari kesibukan Rio di bisnis kopinya, dilansir Liputan6, Jumat (31/7/2015), ia sempat menyumbang pengalaman soal kurangnya dukungan pemerintah terhadap perfilman nasional. Salah satu contoh, ialah ketika Rio melihat booth Indonesia di Festival Film Internasional Philipina tak memuat informasi apapun soal karya-karya sineas Indonesia.

“Saya lihat sendiri booth film Indonesia saat salah satu ajang Festival Film Internasional di Filipina tidak dimanfaatkan untuk mempromosikan film-film kita. Malah terlihat kosong bahkan dijadikan tempat untuk pijat,” ucap Rio Dewanto, di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (30/7/2015).

Rio menuturkan, pemerintah perlu aktif dalam memajukan perfilman nasional. Mengingat, di Indonesia sudah banyak sineas-sineas muda kreatif. Sayang bila potensi ini tidak difasilitasi negara.

Advertisement

Yang patut diingat, lanjut Rio, Indonesia segera menghadapi pasar Masyarakat Ekonomi Asia (MEA). Kondisi ini akan membuat film-film Asia lebih bebas masuk ke Indonesia karena keringanan pajak.

“Apa proteksi pemerintah dalam menghadapi MEA belum terdengar banyak. Padahal ini sebuah tantangan untuk industri film Indonesia,” jelas Rio.

Tahun ini, sineas Tanah Air memang terpukul dengan kondisi perfilman nasional yang kurang menguntungkan. Masyarakat disebut kehilangan kepercayaan dengan film karya anak negeri. Imbasnya hingga pertengahan tahun, baru satu judul film yang meraih penjualan tiket di atas satu juta penonton.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif