Jogja
Minggu, 2 Agustus 2015 - 06:20 WIB

Penjual Bendera di Denggung, Ini Kisah Mereka...

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penjual bendera asal Garut Jawa Barat, Ade Rahmat, berteduh di bawah bendera dagangannya, Jumat (31/7/2015). (Harian Jogja-Bernadheta Dian Saraswati)

Penjual bendera di Denggung punya kisah
Harianjogja.com, SLEMAN- 10 Tahun sudah profesi sebagai penjual bendera dilakoni. Jauh-jauh datang dari Garut Jawa Barat, Ade Rahmat, 56, kembali menggelar dagangannya di samping lapangan Denggung Sleman. Tepatnya di pinggir jalan menuju komplek perkantoran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman.

Setiap akhir Juli, ia pasti datang ke Sleman dan memajang dagangannya di tempat yang sama. Dua hari lalu ia datang bersama 29 rekannya. Si bos atau pemilik usaha bendera membekali masing-masing dari mereka satu karung besar . Karung warna putih itu berisi puluhan bendera merah putih berbagai ukuran, umbul-umbul, bendera background, dan bandir.

Advertisement

Sesampainya di Jogja, para karyawan ini langsung menempatkan diri di lokasi biasa mereka berjualan. Satu per satu bendera dikeluarkan dan dipajang dengan diikat di sebuah pohon.

Tak beda jauh dengan tahun lalu, harga untuk satu bendera kecil masih berkisar Rp15.000 hingga yang besar Rp35.000. Umbul-umbul Rp15.000, bendera background Rp200.000, dan bandir motif Garuda Pancasila kombinasi batik seharga Rp30.000.

Bagi Ade, profesi ini adalah rutinitas tahunan. Sebagai buruh serabutan, ia dapat mengandalkan hasil jualan bendera untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Terutama untuk mencukupi biaya sekolah si bungsu yang baru masuk SMP.

Advertisement

“Keuntungannya tak seberapa karena buat makan dan kontrak saja sudah habis,” ujar Ade sembari menunggu pembeli mampir di lapaknya, Jumat (31/7/2015).

Bapak empat anak ini berjualan bendera di Jogja hampir tiga minggu. Ia bersama rombongan mengontrak di salah satu rumah kosong di Denggung. Masing-masing dikenakan biaya kost Rp250.000. Untuk makan dan rokok sehari saja Rp50.000. Sementara keuntungan menjual bendera hampir sama dengan pengeluaran makan.

“Harusnya bisa bawa pulang Rp3 juta tapi habis buat makan tinggal Rp1,5 juta,” ungkapnya.

Advertisement

Namun karena tak ada pekerjaan lain, Ade pun telaten menggeluti profesi ini. “Ya sekalian jenguk dua anak yang tinggal di Jogja,” ucap kakek tiga cucu ini.

Tahun ini ia dan rombongan telat tiba di Jogja. Biasanya mereka sudah berjualan sejak pertengahan Juli. Namun kali ini mereka sedikit terlambat karena bertepatan dengan hari raya Idul Fitri.

Waktu berjualan pun menjadi semakin singkat. Saat-saat seperti ini, ketakutan jika tidak semua dagangan habis terbeli pun membayangi. Ia trauma pengalaman tiga tahun sebelumnya yang mana tak sedikit pun uang bisa ia bawa pulang. “Keuntungan hanya cukup buat makan,” kata dia.

Ingin sekali jualan tahun 2014 kemarin terulang. “Jualan tahun kemarin, tanggal 13 Agustus kita sudah balik lagi [ke Garut] karena tanggal 10 sudah habis semua,” pungkasnya.

Advertisement
Kata Kunci : Penjual Bendera
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif