Soloraya
Minggu, 2 Agustus 2015 - 13:55 WIB

KEKERINGAN BOYOLALI : Biaya Produksi PDAM Boyolali Membengkak

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petugas Distribusi atau Pengaliran Air PDAM Kecamatan Ampel menutup sementara saluran air di salah satu rumah warga Desa Banyuanyar, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, yang kehilangan meteran air, Selasa (2/9/2014). (Septhia Ryanthie/JIBI/Solopos)

Kekeringan Boyolali membuat suplai air PDAM Boyolali tersendat.

Solopos.com, BOYOLALI — Perusahaan Umum Air Minum (PUDAM) atau biasa disebut PDAM Boyolali harus mengoptimalkan penggunaan 24 sumur dalam yang dimiliki PUDAM.

Advertisement

Namun risikonya, biaya operasional akan membengkak. Mesin pompa sumur dalam milik PUDAM mayoritas dioperasikan dengan listrik dari PLN dan solar.

Pada musim kemarau, operasional mesum pompa sumur dalam dimaksimalkan sampai 22 jam sehari. Padahal, pada situasi normal yaitu musim penghujan, operasional sumur dalam rata-rata hanya 16 jam per hari.

“Biaya produksi jadi bengkak sampai 20%. Khusus untuk biaya listrik, tiap bulan rata-rata kami harus bayar Rp550 juta. Saat ini naik 20%. Belum biaya solarnya,” imbuh Cahyo.

Advertisement

Selain memaksimalkan pemanfaatan sumur dalam, PDAM juga mulai memanfaatkan tangki mobil untuk menyuplai air bersih ke pelanggan-pelanggan yang mulai mengalami gangguan pasokan air.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif