Jogja
Minggu, 2 Agustus 2015 - 16:20 WIB

BANGUNAN CAGAR BUDAYA : Dinas Andalkan Laporan Masyarakat

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bangunan Cagar Budaya (BCB) di Kotabaru, Jogja menjadi korban vandalisme. Gambar diambil Senin, 20 Oktober 2014 (JIBI/Harian Jogja/Uli Febriarni)

Bangunan cagar budaya mengenai pelanggaran mayoritas dari laporan warga.

Harianjogja.com, JOGJA—Jumlah pelanggaran tata ruang di kawasan cagar budaya DIY tidak terdata di Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY. Akibatnya, temuan pelanggaran lebih kerap mengandalkan laporan dari masyarakat.

Advertisement

Hal itu diungkapkan Kabid Sejarah, Purbakala, dan Museum Disbud DIY Erlina Hidayati Sumardi dalam jumpa pers Pameran Arsip dan Lomba Foto Tata Ruang Jogja 2015 di Sasana Hinggil Alun-alun Selatan Jogja, Sabtu (1/8).
“Seharusnya memang perlu pendataan tetapi sampai saat ini kami belum melakukannya,” ujarnya.

Kendati demikian, Erlina tidak menampik terdapat perubahan konsep tata ruang di DIY yang terlihat dalam foto-foto yang dipamerkan. Ia mengaku pameran foto tata ruang justru menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah untuk melihat kesesuaian pembangunan dengan tata ruang. Dikatakannya, melalui pameran ini disandingkan foto-foto tata ruang DIY dulu dan kini.

Sesuai dengan Perdais, kata dia, tata ruang di DIY harus memperhatikan harmoni, humanisme, asas kepemimpinan demokratis, harmonisasi lingkungan, ketaatan historis, dan sebagainya. Erlina menerangkan, filosofi yang ditanamkan Sultan HB I sebagai pendiri Jogja bukan sekadar mengandung nilai estetika melainkan juga sebagai obor perjalanan hidup manusia.

Advertisement

Ia mencontohkan, perempatan Pangurakan, Pasar Beringharjo, dan Kepatihan bukan hanya komponen yang dibutuhkan sebagai kota kesultanan tetapi juga menjadi obor bagi manusia menapaki kehidupan agar dapat kembali menyatu dengan Tuhan apabila tetap lurus dalam akidah, tidak tergoda hal duniawi, dan tidak mabuk pangkat dan jabatan.

Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY Budi Wibowo menambahkan pameran yang digelar pada 29 Juli sampai 4 Agustus mendatang diharapkan dapat memperteguh Keistimewaan DIY.

“Ketersediaan arsip, nilai-nilai yang telah digali para pendahulu dapat dijadikan pegangan dalam membangun Jogja yang maju, modern, dan berjati diri,” tandasnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif