News
Jumat, 31 Juli 2015 - 17:50 WIB

PENDIDIKAN BOYOLALI : Mendikbud: Padukan Calistung dengan Kreativitas!

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Menteri Pendidikan Dasar Menengah dan Kebudayaan, Anies Baswedan, menyampaikan orasi ilmiah di hadapan ratusan kepala sekolah dan guru di sela-sela Pencanangan Budaya Baca dan Pelepasan Duta Seni Pariwisata Boyolali, di Kantor Bupati Boyolali, Kamis (30/7/2015) malam. (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Pendidikan Boyolali mendapat inspirasi dari Mendikbud Anies Baswedan.

Solopos.com, BOYOLALI — Tenaga pendidik di Boyolali diminta memadukan pola 3R dan 4C dalam belajar mengajar.

Advertisement

“Saya berharap guru-guru di Boyolali menjadi pelopor untuk melakukan pendekatan ini dalam belajar mengajar,” kata Menteri Pendidikan Dasar Menengah dan Kebudayaan, Anies Baswedan, dalam acara Pencanangan Budaya Baca dan Pelapasan Duta Seni Pariwisata Boyolali, di Kantor Bupati Boyolali, Kamis (30/7/2015) malam.

Pada acara tersebut, Anies sempat memberikan orasi ilmiah untuk menginspirasi para guru dan kepala sekolah yang hadir.

Pola 3R yang terdiri atas baca, tulis, hitung (calistung), kata Anies, adalah pola belajar yang sudah ketinggalan zaman namun tetap dibutuhkan.

Advertisement

Oleh karena itu, 3R harus dipadukan dengan 4C yaitu creativity, critical thinking, communication, dan corporation (kreativitas, berpikir kritis, komunikatif, dan kerja sama).

Guru yang mampu menerapkan pola belajar 3R dan 4C, kata Anies, akan menjadi pendidik yang inspiratif dan berorientasi ke masa depan.

Dia mencontohkan, teknologi ponsel modern yang beredar saat ini dibuat oleh orang yang masuk kategori pintar 3R. Namun, ponsel tersebut sangat digemari untuk dipakai sebagai alat komunikasi karena dikembangkan oleh orang-orang kreatif.

Advertisement

“Jadi 3R itu penting tapi harus ditambah dengan 4C agar siswa era ini menjadi sumber daya yang berorientasi masa depan,” kata Anies.

Anies juga mendorong sekolah-sekolah yang ada di Indonesia kembali ke ruh asal seperti dirintis bapak pendidikan modern, Ki Hajar Dewantara.

“Ki Hajar Dewantara menyebut sekolah itu taman, kemudian menyebut universitas dengan taman siswa. Taman itu artinya tempat yang menyenangkan dan bisa memberikan inspirasi. Siswa datang ke sekolah senang, guru juga bisa mengajar dengan sepenuh hati,” beber dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif