Pemkot Solo menggelar apel. Kegiatan itu menjadi ajang perpisahan Wali Kota Solo, Hadi Rudyatmo.
Solopos.com, SOLO — Apel digelar di halaman Balai Kota Solo, Selasa (28/7/2015). Kegiatan tersebut dalam rangka pamitan Wali Kota Solo Fx Hadi Rudyatmo karena habis masa tugasnya.
Saat menyapa ribuan pegawai negeri sipil (PNS) dalam apel di halaman Balai Kota, Selasa (28/7), Rudy berulangkali meminta maaf. Inilah pidato terakhir Rudy sebelum meletakkan jabatannya sebagai wali kota Rabu (29/7). “Sebelumnya mohon maaf, suaranya agak gerok,” ujarnya disambut tawa kecil para PNS.
Rudy tampak meraih microphone agar lebih mendekat. Namun suaranya masih terdengar lirih. Sesekali ia berdeham. Sudah beberapa hari ini tenaganya terforsir untuk menyelesaikan sisa tugasnya sebagai wali kota.
Rudy tampak meraih microphone agar lebih mendekat. Namun suaranya masih terdengar lirih. Sesekali ia berdeham. Sudah beberapa hari ini tenaganya terforsir untuk menyelesaikan sisa tugasnya sebagai wali kota.
Setelah apel, dia masih harus ke Mojosongo untuk peresmian selter. “Mas tulung digedek sithik, ora krungu (Mas tolong dibesarkan sedikit, tidak dengar),” ujarnya pada petugas soundsystem.
Sekitar 10 menit Wali Kota menyampaikan permintaan maaf sekaligus pamitan pada elemen birokrasi di Solo. Dia menyadari masih banyak kekurangan selama 10 tahun memimpin kota, baik sebagai wali kota atau wakil wali kota. Di tengah acara, Rudy mengambil sebuah caping untuk dikenakan pada Sekretaris Daerah (Sekda), Budi Suharto.
Hal Kecil
Pagi itu ada 103 caping yang disematkan Rudy pada pejabat pemerintahan maupun BUMD di Kota Solo. Dia berharap filosofi caping dapat diresapi PNS dalam pelayanan sepeninggalnya. “Pelayanan hendaknya dilakukan dari hal terkecil.”
Seorang petugas kebersihan di Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), Suyatno, 48, menilai sosok Rudy sebagai pemimpin yang ramah dan sederhana.
Dia sering melihat Rudy menyapa petugas kebersihan saat bertugas. “Dengan lambaian tangan dan senyum, saya merasa diuwongke,” tutur PNS golongan I tersebut.
Seniman di Gedung Wayang Orang (GWO) Sriwedari, Agus Prasetyo, menilai sosok Rudy-Purnomo sebagai perpaduan Werkudara dan Kresna. Rudy, menurut Agus, identik dengan Werkudara yang memiliki sikap jujur dan pemberani. “Sedangkan Pak Pur berlaku seperti Kresna dengan kebijaksanaannya.”
Sekda, Budi Suharto, sempat berujar Rudy-Purnomo terlalu sabar dan baik dalam memimpin birokrasi di Solo. Ia mengaku sering dikritik PNS karena bertindak lebih tegas dibanding Wali Kota. “Kadang ada yang bilang, wong Pak Waline ra apa-apa, Sekdane pecicilan,” ujarnya sambil terkekeh.
Dia berpesan pada pasangan agar lebih “galak” jika terpilih lagi memimpin Kota Bengawan. Dalam kesempatan itu, PNS turut memberi kenang-kenangan berupa lukisan karikatur bergambar Rudy-Purnomo. Lukisan dengan latar rumah deret Keprabon itu digambar seniman kembar, Setiyono-Setiyadi.