Soloraya
Senin, 27 Juli 2015 - 05:50 WIB

KEKERINGAN BOYOLALI : Harga Air di Musuk Tembus Rp270.000/Tangki

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Kekeringan Boyolali semakin terasa dengan semakin mahalnya harga air bersih.

Solopos.com, BOYOLALI—Harga air bersih yang sampai di Desa Sangup, Kecamatan Musuk mencapai Rp270.000 per tangki atau 6.000 liter air.

Advertisement

Desa Sangup terletak di wilayah Musuk paling selatan. “Warga di beberapa dusun seperti Dusun Mbeling, Sudimoro, Pagertuwo, harus membeli air bersih dengan harga Rp270.000 per tangki. Kalau untuk dusun lainnya ada yang Rp250.000 per tangki,” kata Kepala Desa Sangup, Sabar, saat dihubungi solopos.com, Minggu (26/7/2015).

Satu tangki air bisa mencukupi kebutuhan air selama sepuluh hari tetapi hanya untuk 3-4 keluarga. Namun, dengan sifat gotong-royong masyarakat Desa Sangup, biasanya ada warga yang mau membagikan air yang dibeli untuk warga lain yang kurang mampu.

Advertisement

Satu tangki air bisa mencukupi kebutuhan air selama sepuluh hari tetapi hanya untuk 3-4 keluarga. Namun, dengan sifat gotong-royong masyarakat Desa Sangup, biasanya ada warga yang mau membagikan air yang dibeli untuk warga lain yang kurang mampu.

Warga Desa Sangup terpaksa membeli air bersih dengan harga yang cukup mahal karena hingga saat ini bantuan air bersih yang diajukan ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali belum terealisasi. Sumber air di wilayah tersebut juga sudah tidak ada yang bisa dimanfaatkan.

Seperti diketahui, di Musuk ada 15 desa yang mulai kekurangan air bersih. Beberapa desa seperti Desa Cluntang, Ringin Larik, Mriyan, Sangup, Lanjaran, Sumur, Jemowo, Dragan, dan Lampar, sudah mengajukan bantuan air bersih ke Pemkab Boyolali.

Advertisement

“Kalau beli air satu tangki biasanya hanya cukup untuk dua pekan,” kata Jiyarto.
Sementara itu, sejumlah desa di Kecamatan Wonosegoro hingga saat ini belum mendapatkan bantuan air bersih.

Dari informasi yang diterima solopos.com, kekeringan melanda Desa Karangjati, Bengle, Garangan, Gunungsari, Kalinanas, Jatilawang, Gilirejo, Bojong, Bandung, Wonosegoro, Ketoyan, Bolo, dan Bercak.
Kades Bandung, Handoyo, menjelaskan warga Desa Bandung mulai kesulitan air bersih namun warga masih bisa mendapatkan air tanpa harus membeli.

“Sekarang belum sampai beli tapi belum tahu kalau bulan depan. Saat ini kami juga akan mengusulkan bantuan air untuk mengantisipasi jika bulan depan benar-benar tidak ada air.”

Advertisement

Sejak 2008, program pamsimas masuk ke Desa Bandung. Namun, program ini belum secara maksimal mengatasi bencana kekeringan. Ada dua sumber mata air yang saat ini masih berproduksi namun debit airnya sangat minim. Oleh karena itu, tiga dusun di Bandung harus bergiliran untuk mendapatkan air bersih.

Selain itu, warga juga mulai bergotong-royong membangun sumur di sekitar sungai. Sungai yang saat ini dalam kondisi kering dikeruk dibuat sumur sampai bisa mengeluarkan air. “Dibuat sumur, ada yang kedalaman enam meter ada yang lebih, pokoknya sampai keluar air.” Untuk membuat sumur di sungai juga butuh biaya tinggi. Satu sumur, diperkirakan mencapai Rp2,5 juta dan bisa dimanfaatkan oleh tiga rumah tangga.

Tiga dusun yakni Dusun Bandung Kulon, Bandung Wetan, dan Kebunagung setiap tahun rutin mengalami kekeringan. “Yang saat ini benar-benar sudah kesulitan ada di dua dusun yaitu Bandung Kulon dan Bandung Wetan, dengan jumlah sekitar 500 kepala kelurga (KK).”

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif