News
Jumat, 24 Juli 2015 - 01:20 WIB

MUDIK LEBARAN 2015 : Omzet Kasongan Drop Hingga 20%

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu gerabah hasil kerajinan salah satu pengrajin yang dijual di gerai Timbul Kasongan, Rabu (22/7/2015). (JIBI/Harian Jogja/Arief Junianto)

Mudik lebaran 2015 untuk pendapatan kasongan menurun.

Harianjogja.com, BANTUL-Libur Lebaran tahun ini gagal mengangkat pamor beberapa kawasan industri kerajinan di Bantul. Dibanding tahun lalu, penjualan produk kerajinan mereka justru tak begitu menggembirakan di liburan Lebaran tahun ini.

Advertisement

Salah satunya adalah Kasongan. Salah satu pemilik showroom gerabah di kawasan Desa Wisata Kasongan, Timbul Raharja membenarkan menurunnya omset pengrajin itu.

Saat ditemui di showroom miliknya, Rabu (21/7/2015), ia menuturkan, hingga H+5 Lebaran tahun ini, omzetnya mengalami penurunan hingga 20% dibandingkan Lebaran tahun lalu. Diperkirakannya, hal ini lantaran pendeknya jatah liburan yang diperoleh oleh masyarakat.

Advertisement

Saat ditemui di showroom miliknya, Rabu (21/7/2015), ia menuturkan, hingga H+5 Lebaran tahun ini, omzetnya mengalami penurunan hingga 20% dibandingkan Lebaran tahun lalu. Diperkirakannya, hal ini lantaran pendeknya jatah liburan yang diperoleh oleh masyarakat.

“La hari ini [22/7/2015] kan adalah hari terakhir libur. Hari ini jelas masyarakat memilih untuk pulang agar bisa istirahat di rumah masing-masing,” ucapnya.

Jika tahun lalu, sepanjang libur Lebaran, pihaknya bisa meraup omset minimal Rp20 juta per hari. Akan tetapi, untuk tahun ini, hingga H+4 Lebaran, pihaknya hanya mampu meraih omset rata-rata Rp15 juta saja per harinya.

Advertisement

“Padahal tahun lalu bisa lebih dari itu,” tegasnya.

Itulah sebabnya, ia berharap banyak pada sisa hari libur 2-3 hari ke depan. Diharapkannya, pembeli dari kalangan wiraswasta yang tak terpatok pada hari libur nasional bisa berduyun-duyun datang ke Kasongan. Harapan itu dinilainya masuk akal. Pasalnya, selama ini omset terbesar memang diperolehnya dari para pembeli dari kalangan wiraswasta. “Karena kalau kalangan pegawai maksimal biasanya mereka hanya membeli tak lebih dari Rp500.000 saja. Tapi kalau wiraswasta bisa lebih dari Rp1 juta,” aku seniman yang juga menjadi Ketua Koperasi Setya Bawana UPT Kasongan itu.

Selain itu, ia pun menambahkan, untuk libur Lebaran ini, pembeli gerabah miliknya mayoritas memang pengunjung lokal, bukan mancanegara seperti pada hari-hari biasanya. Produk yang mereka beli pun diakuinya hanya sebatas gerabah-gerabah berukuran kecil dan medium. Salah satu contoh produk gerabah yang diakuinya cukup laris diburu konsumen adalah waldeco (gerabah hiasan dinding).

Advertisement

Kondisi serupa juga dialami oleh pengrajin di kawasan Manding, Desa Sabdodadi. Jumakir, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Manding mengakui, meski tak separah seperti yang dialami pengrajin di Kasongan, namun ia tak menampik, pendapatan saat liburan Lebaran tahun ini tak sebagus beberapa tahun silam.

Untuk liburan Lebaran tahun ini, masing-masing showroom rata-rata berhasil memperoleh pendapatan sekitar Rp10 juta per hari. Berbeda dengan hari biasa yang didominasi oleh pembeli rombongan, liburan Lebaran kali ini justru lebih banyak didominasi oleh kendaraan pribadi.

Dalam sehari, ia mengaku, jumlah kendaraan yang parkir di kawasan Manding mencapai 800 unit mobil. Jumlah itu diakuinya masih jauh lebih sedikit ketimbang 2-3 tahun lalu yang bisa mencapai 1.000 unit lebih mobil per harinya.

Advertisement

Itulah sebabnya, guna menjaga stabilitas pendapatan, terutama saat liburan Lebaran, pihaknya berupaya memetakan model dan corak produk yang menjadi tren di masyarakat sejak 2 bulan sebelum liburan. “Dengan begitu, konsumen tetap tertarik untuk membeli,” katanya.

Membantah
Sebaliknya, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Penanaman Modal (Disperindagkop-PM) Bantul Sulistyanta justru membantah bahwa ada penurunan omzet dari sentra-sentra kerajinan tersebut. Saat ditemui wartawan, ia menegaskan, dari total 73 sentra industri yang tersebar di 17 kecamatan se-Bantul, jumlah pengunjung bisa mencapai 2-4 kali lipat saat hari biasa.

“Artinya, kalau dilihat dari jumlah pengunjung, omzet mereka jelas mengalami peningkatan,” tegasnya.

Sementara terkait dengan kenaikan harga produk, sejauh ini diakuinya masih dalam taraf wajar. Pasalnya, menjelang Lebaran, beberapa bahan baku kerajinan pasti juga akan mengalami peningkatan harga.

“Dari pantauan kami, kenaikan harga produk masih dalam taraf yang bisa dimaklumi. Kalau memang ada keluhan konsumen, silakan lapor ke posko aduan di kantor kami,” akunya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif