News
Kamis, 9 Juli 2015 - 03:30 WIB

TRAGEDI PEMBUNUHAN ANGELINE : Membaca Senyum Margriet, Kriminolog: Dia Berbahaya

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Angeline (kanan) bersama ibu angkatnya Margriet (tengah) dan kakak angkatnya Christina (kiri). (Twitter.com)

Tragedi pembunuhan Angeline menyeret Margriet Megawe sebagai tersangka. Sikap Margriet menimbulkan tanda tanya.

Solopos.com, JAKARTA — Tersangka pembunuh Angeline, Margriet Megawe, dinilai sebagai sosok berbahaya dan ada kemungkinan menderita penyakit antisosial. Itu pula yang terlihat dari analisis terhadap senyuman Margriet yang tertangkap dalam beberapa kesempatan.

Advertisement

Guru Besar Kriminologi UI, Prof. Ronny Nitibaskara, menganalisis mimik wajah Margriet sebelum menjadi tersangka. Dalam sebuah wawancara yang direkam kamera televisi beberapa waktu lalu dan diputar di TV One, Rabu (8/7/2015) malam, Margriet menjawab pertanyaan dengan sedikit memberikan senyum. Sesaat, matanya sempat melihat ke samping kanan saat menjawab pertanyaan.

“Dia mungkin berbohong, bisa dilihat matanya. Biasanya kalau ditanya, dia berpikir dulu, matanya ke kanan, dia siap-siap untuk berbohong. Nah, mestinya dikejar [pertanyaan] saat itu,” kata Ronny Nitibaskara setelah melihat video itu dan menganalisis dengan ilmu baca wajah, Rabu malam.

Menurut Ronny, jika seseorang berbohong saat diinterogasi, dia pasti butuh waktu untuk berpikir sebentar. “Dia akan menanggapi sebentar [sebelum menjawab,” lanjutnya dalam program Gesture di studio TV One tersebut.

Advertisement

Dalam program itu, Ronny sempat menanyai Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, tentang sikap Margriet Megawe saat ditemui kali pertama di rumahnya, Mei lalu. Seperti terekam kamera para awak televisi, Margriet sempat marah saat Arist menemuinya.

“Saya ingin mengecek, apakah ada [sikap] permusuhan?” tanya Ronny. “Sikapnya saat pertama bertemu, dia menunjukkan penolakan. Dia selalu menampilkan sikap tempramen, dan dia seolah minta dikasihani,” jawan Arist.

Saat ditanya apakah Margriet pandai bersandiwara, Arist membenarkannya. “Dia tidak terbuka, dan itu sandiwara yang dia lakukan.” Ditanya apakah tersangka egois, Arist menjawab iya. “Apakah tidak mau bertanggung jawab? impulsif?” Jawab Arist, “iya”.

Advertisement

“Apakah dia kasar?” lanjut Ronny. “Iya, padahal kita tidak memberikan tekanan. [Margriet bilang] ‘Siapa yang mengambil Angeline akan saya bunuh’. Kata-kata itu tidak berubah. Saya didorong keluar pagar supaya tidak masuk TKP,” tutur Arist.

Dari jawaban itu, Ronny menyimpulkan ada kecenderungan penyakit antisosial di sana. “Ciri-ciri itu ada, karena saya tidak sempat melihat langsung, [tapi] kuat dugaan. Terlepas dia pembunuh atau bukan, jelas orang seperti itu berbahaya,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, kuasa hukum tersangka Agustinus Tai, Hotman Paris Hutapea, menyampaikan ada yang tidak biasa dengan sikap Margriet saat rekonstruksi. Meski menolak memeragakan sebagian adegan pembunuhan, Margriet disebut sempat tertawa.

“Saat Agus mengatakan Margriet membenturkan kepala Angeline, melepas celana dalam Angeline, dan menyuruh memperkosanya, dia diam. Dia juga sempat tertawa. Selama 7,5 jam dia tidak memprotes pembantunya yang menuduh dia. Bayangkan kalau itu Anda, dituduh pembantu Anda,” kata Hotman.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif