News
Rabu, 8 Juli 2015 - 13:51 WIB

MEDIA SOSIAL PEJABAT : Melalui Twitter, Gubernur Berkomunaksi Dengan Rakyat

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (JIBI/Solopos/Dok)

Media sosial pejabat semakin lazim seperti yang dilakukan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. 

Solopos.com, SOLO-Salah satu cuitan dari salah satu warga masuk ke Twitter Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo dengan akun @ganjarpranowo.

Advertisement

Maturnuwun pak gub jalan di Randu Blatung, Cepu mulai sae dua jempol kagem bapak. “[Terima kasih bapak Gubernur jalan di Randu Blatung, Cepu mulai baik, dua jempol untuk bapak].

Masih banyak lagi cuitan dari masyarakat baik yang berupa ucapan terima kasih, keluhan, cacian dan sebagainya.

Advertisement

Masih banyak lagi cuitan dari masyarakat baik yang berupa ucapan terima kasih, keluhan, cacian dan sebagainya.

Ya, Ganjar Pranowo yang dilantik menjadi Gubernur Jateng pada Agustus 2013 silam menggunakan media sosial twitter untuk berkomunikasi dengan masyarakat.

Dengan media Twitter pula Ganjar memantau dan mengendalikan kinerja satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng. Untuk itu ke mana pun Gubernur bepergian menghadiri acara senantiasa membawa sebuah smartphone.

Advertisement

Ganjar kemudian menceritakan awal mula menggunakan twitter karena merasa tidak mampu untuk menjangkau seluruh wilayah Jateng yang sangat besar.

Dia mengaku tidak sanggup menggunakan teori Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan blusukan ke setiap wilsayah, ”Kalau saya mengikuti teori Pak Jokowi bluskan, bisa keblusuk tenanan [sungguhan] karena Jateng gede banget [besar sekali], sehingga saya tidak mampu,” bebernya.
Supaya bisa berkomunikasi dengan masyarakat, Ganjar kemudian memanfaatkan informasi teknologi.
Awalnya menggunakan short message service (SMS), tapi karena terbatas hanya orang per orang dan tidak ruang diskusi, kemudian ganti media sosial Facebook.

Kapasitas facebook yang terbatas sehingga tidak bisa leluasa untuk berkomunikasi, kemudian berpindah ke twitter yang tidak ada batasannya.
Setelah menggunakan twitter, sambung Ganjar, kemudian mengungguh seluruh aktivitas kerja ke twitter dan ternyata mendapat komentar banyak orang.

Advertisement

”Sejak saat itu saya menggunakan Twitter karena masyarakat bisa berkomunikasi dengan saya secara langsung tanpa ada penghalang. Mereka juga dapat memberikan kepada saya segala sesuatu persoalan dan saya bisa menjawab,” beber suami Siti Atiqoh ini.

Melalui Twitter, ujar Gubernur setiap hari dirinya dapat mengetahui apa yang menjadi persoalan masyarakat dan tidak ada orang yang bisa menipu karena kalau melaporkan permasalahan dilengkapi difoto.

Rakyat bisa melaporkan kondisi apapun yang dihadapi dan pemerintah bisa merespon dengan cepat sehingga publik dapat melihat apa yang telah dikerjakan.

Advertisement

Akibat sering Twitteran, Ganjar mengaku mendapatkan kritik dari publik, karena sebagai Gubernur dianggap tidak bekerja.

”Gubernur Twitteran terus ora nyambut gawe [tidak bekerja], terus saya jawab lho saya ini Twitteran lagi nyambut gawe,” ujarnya sambil tersenyum.

Ganjar menambahkan akan terus menggunakan Twitter selagi masih positif karena lebih efisien, hemat biaya, dan waktu, ”Sebab dalam waktu yang sama saya bisa memerintah beberapa tempat seperti ke Blora ke Banyumas supaya bisa dtangani,” tandasnya.

Pengamat komunikasi Universita Diponegoro (Undip) Semarang, Triyono Lukmantoro menilai langkah Gubernur menggunakan twitter sangat bagus karena bisa melakukan interaksi langsung dengan masyarakat.

Ganjar, menurut dia, telah melakukan terbosan baru dalam berkomunikasi kepada publik karena tidak lagi menggunakan cara konvensional sebagaimana Gubernur Jateng sebelumnya.

”Ganjar telah memanfaatkan media sosial Twitter untuk berkomunikasi dengan publik. Memang ada risikonya harus siap dibully,” ujar dia.
Menurut dosen Universitas Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Hukum dan Komunikasi Unika Soegijapranata Semarang Algooth Putranto media twitter yang digunakan Gubernur cukup efektif sebagai alat untuk mendengar aspirasi masyarakat secara langsung.

”Hanya saja masyarakat bisa kecewa bila Gubernur tidak sesuai ekspektasi yang diharapkan,” tandas dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif