News
Rabu, 8 Juli 2015 - 15:30 WIB

KRISIS UTANG YUNANI : Krisis Yunani Berimbas ke China, Indonesia Terancam

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Demonstran anti pengetatan keuangan Yunani membakar selembar uang euro di luar Kantor Perwakilan Uni Eropa, Athena, Yunani, Minggu (18/6/2015). (JIBI/Solopos/Reuters/Alkis Konstantinidis)

Krisis utang Yunani semakin menekan ekonomi Asia. Indonesia pun kian tertekan.

Solopos.com, JAKARTA — Pemerintah menegaskan akan menjaga ketahanan ekonomi nasional seiring anjloknya indeks saham China sejak hampir sebulan terakhir akibat terpapar krisis Yunani.

Advertisement

Demikian disampaikan Jusuf Kalla menanggapi gejolak ekonomi regional Asia yang terjadi pada beberapa pekan terakhir. “Ya kita ini kan yang penting menjalankan ketahanan ekonomi nasional,” ujarnya di Kantor Wakil Presiden, Rabu (8/7/2015).

Jusuf Kalla membenarkan bahwa krisis Yunani yang mengguncang ekonomi Benua Biru juga turut mempengaruhi kondisi regional Asia, termasuk China, negara tujuan ekspor terbesar Indonesia. “Pasti [krisis Yunani memengaruhi ekonomi China]. Ya, berarti 38% [penurunan indeks saham China],” katanya.

Bursa saham China mengalami pelemahan hingga 30% terhitung sejak 12 Juni 2015. Bahkan, Indeks Shanghai Composite kembali merosot 8,2% saat dibuka hari ini.

Advertisement

Menanggapi penurunan indeks tersebut, Bank Sentral China atau The People’s Bank of China (PBOC) berkomitmen mengucurkan likuiditas yang memadai untuk membantu bursa saham Negeri Tirai Bambu. Data Bloomberg melaporkan, dari tujuh indeks bursa di Asia Tenggara, enam indeks melemah dan satu indeks stagnan. Sejumlah ekonom memperkirakan penurunan indeks dipengaruhi krisis Yunani.

Referendum Yunani membuat situasi moneter di Eropa semakin tidak pasti. Kondisi tersebut meningkatkan volatilitas pasar di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Hasil referendum menguatkan posisi pemerintah Perdana Menteri Alexis Tsipras yang bersikukuh meminta pengurangan syarat penghematan dalam paket dana talangan Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB), Komisi Eropa, dan IMF.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif