News
Selasa, 7 Juli 2015 - 03:30 WIB

LEBARAN 2015 : 1 Syawal Berpotensi Tak Seragam, Ini Permintaan Menteri Agama

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (tengah) (Rachman/JIBI/Bisnis)

Lebaran 2015 berpotensi kembali tidak seragam. Menteri Agama meminta semua pihak saling menghormati.

Solopos.com, SUKOHARJO — Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin meminta umat Islam di Indonesia tetap berjiwa besar jika kali ini masih terjadi perbedaan tentang penetapan 1 Syawal 1436 Hijriyah. Sementara itu, Kementerian Agama menjadwalkan penyelenggaraan sidang isbat 16 Juli mendatang.

Advertisement

Lukman Hakim Saifuddin mengungkapkan peluang terjadinya persamaan ataupun perbedaan tentang penetapan 1 Syawal tahun ini relatif sama. Namun, penentuan tersebut tetap akan diputuskan dalam sidang isbat yang akan menghadirkan para ulama, tokoh-tokoh Islam, organisasi masyarakat (ormas) Islam, serta pakar-pakar astronomi.

“Harapan saya dan refleksi seluruh umat Islam di Indonesia, 1 Syawal bisa sama. Tapi, sebagai Menag, kalau lah terpaksanya berbeda karena memang kondisinya tidak memungkinkan untuk bisa bersamaan, tentunya kita sama-sama harus berbesar hati, berjiwa besar. Karena masing-masing pandangan tentunya sudah dilandasi dengan argumen dan penjelasan yang bisa dipertanggungjawabkan,” ujar Lukmn seusai menjadi narasumber dalam Halaqah Falakiyah (Seminar Astronomi Nasional) dan Peresmian Assalaam Observatory di Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam Solo, Senin (6/7/2015).

Sidang isbat diawali dengan laporan dari para petugas dari Kemenag di sejumlah titik di seluruh wilayah Indonesia yang melakukan rukyah. Kalau ada yang melihat hilal, lanjutnya, besoknya atau pada 17 Juli, bisa digelar salat Idul Fitri. Namun jika petugas belum ada yang melihat hilal, Menang akan menyerahkan keputusan pada peserta sidang untuk penentuan 1 Syawal tersebut.

Advertisement

Lukman mengakui Muhammadiyah melalui metode hisab sudah menentukan 1 Syawal jatuh 17 Juli. Namun dia menegaskan, hitungan hisab akan dikuatkan dengan rukyah untuk melihat hilal bersama-sama. “Untuk pastinya tunggu saja sidang isbatnya pada 16 Juli atau 29 Ramadan nanti,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Menag meresmikan Assalaam Observatory atau Observatorium Assalaam di PPMI Assalaam. Laboratorium tersebut saat ini menjadi satu-satunya observatorium di pondok pesantren di Indonesia. Pembina Club Astronomi Santri Assalaam (CASA) PPMI Assalaam, AR Sugeng Riyadi, mengatakan, observatorium tersebut menjadi laboratorium pembelajaran bagi para santri dalam mendalami astronomi.

“Awalnya gedung difungsikan sebagai Assalaam Center yang terdiri dari enam lantai. Saat ini CASA menempati lantai 5 dan 6,” paparnya.

Advertisement

Observatorium tersebut, lanjut Sugeng, dijadikan pusat kegiatan CASA yang mulai dibentuk 2005. Observatorium PPMI Assalaam tersebut menurut Sugeng, sudah memiliki fasilitas lengkap meskipun belum ideal. Dia menyebutkan fasilitas yang ada antara lain 11 teleskop, tiga unit diantaranya sudah digital, sedangkan delapan teleskop lainnya masih dioperasikan secara manual.

Sugeng menambahkan, observatorium PPMI Assalaam juga sudah memiliki kamera khusus astronomi. “Yang terbaru, kamera observatorium tersebut juga sudah memiliki CCD, semacam sensor, khusus astronomi,” jelasnya.

Dengan CCD tersebut, kamera bisa memotret suatu objek langit di siang hari yang tidak tampak selain matahari.
Sugeng juga mengatakan, dengan observatorium tersebut, PPMI Assalaam akan mengajarkan setidaknya empat hal pada santri.

Masing-masing mengajarkan penentuan arah kiblat, pembuatan kalender hijriah, mengajarkan cara menyusun jadwal waktu salat, serta mengajarkan pada santri agar bisa menghitung gerhana bulan dan matahari. “Contoh paling dekat adalah perhitungan akan terjadi gerhana matahari total pada hari Rabu, 9 maret 2016 dan hanya terjadi di Indonesia,” tambahnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif