News
Senin, 6 Juli 2015 - 23:20 WIB

EKONOMI KREATIF : Peci Bordir Banjir Pesanan

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Perajin peci asal Seyegan, Trapsila, menunggu stan saat mengikuti Pasar Lebaran di halaman kantor Disperindag Sleman, Jumat (3/7/2015). (JIBI/Harian Jogja/Bernadheta Dian Saraswati)

Ekonomi kreatif untuk pembuatan peci menuai untung besar pada ramadan kali ini.

Harianjogja.com, SLEMAN-Bulan Ramadan membawa berkah bagi sejumlah perajin peci, salah satunya Trapsila. Dengan peci bordir andalannya, perajin asal Seyegan ini mampu meraup untung berlimpah. Seperti apa?

Advertisement

Ucapan syukur terucap dari bibir Trapsila, 45. Bapak satu anak ini kebanjiran order sejak awal Ramadan lalu. Bahkan ia kewalahan untuk mengerjakan pesanan meski telah dibantu empat karyawan.

Pada hari biasa, Trapsila hanya memroduksi lima kodi peci atau sebanyak 100 biji. Namun menjelang Puasa lalu, pesanan peningkatan hingga 10 kali lipat.

“Kalau pas musim seperti ini [Ramadan] bisa 50 kodi,” kata Trapsila saat ditemui di Pasar Lebaran Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop) Sleman, Jumat (3/7/2015) pekan lalu.

Advertisement

Pesanan sebanyak itu menurutnya, hanya melayani pembeli dari dalam Jogja saja, seperti Bantul, Wonosari, dan Kota Jogja. Ia sengaja tidak memasarkan sampai luar Jogja karena merasa tidak punya stok yang cukup. “Dalam Jogja saja sudah kewalahan,” kata suami dari perempuan bernama Yati ini.

Peci bordir yang ia produksi terbuat dari bahan kain beledu. Ada dua jenis beledu yang digunakan, yakni beledu buatan Indonesia dan Korea. Untuk peci beledu Indonesia dijual seharga Rp35.000, sementara dari Korea lebih mahal yakni Rp45.000.

Trapsila yang membuka usahanya di Dusun Barak 1, Desa Margoluwih, Kecamatan Seyegan tidak sepenuhnya melakuan seluruh proses di rumahnya. Ia hanya mempekerjakan karyawan untuk pemotongan, finishing dan packing. Sementara untuk bordir ia masukkan ke jasa bordir di daerah Demak Ijo, Gamping, Sleman.

Advertisement

Sementara untuk desain, pria yang membuka usahanya sejak 2002 ini memodifikasi dengan peci yang ada. “Ada teman yang punya koleksi peci lalu saya contoh, tapi juga saya kreasi lagi,” katanya.

Selain bordir, ia juga menyediakan peci batik. Potongan kain batik ia tempelkan dengan ditambah aksen tepian. Sayang, peci batik yang mengangkat warisan leluhur itu justru tak diminati. Pelanggan lebih tertarik dengan peci bordir.

Keuntungan dari penjualan peci pada momen Ramadan seperti ini mendatangkan pundi-pundi rupiah yang tak sedikit. “Bersihnya 30 persen dari uang yang masuk,” kata Trapsila

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif