News
Minggu, 5 Juli 2015 - 17:20 WIB

RAMADAN 2015 : Pendapatan PKL Malioboro Turun 50%

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - UPT Pengelolaan Kawasan Malioboro memperbanyak jumlah zebra cross, foto diambil Kamis (27/2). (JIBI/Harian Jogja/Mediani Dyah Natalia)

Ramadan 2015 dirasakan berbeda oleh PKL Malioboro.

Harianjogja.com, JOGJA – Omzet pedagang kaki lima di kawasan wisata belanja Malioboro Yogyakarta pada pertengahan bulan Ramadan 1436 Hijriah rata-rata mengalami penurunan 50 persen dibanding hari-hari biasa.

Advertisement

Kirom, salah seorang pedagang T-shirt di kawasan wisata belanja Malioboro, Yogyakarta, Sabtu, mengatakan sejak memasuki bulan puasa mengalami penurunan omzet, dari biasanya memeroleh Rp800.000 per hari, saat ini menjadi Rp300.000-Rp400.000 per hari.

“Tidak pasti, ya jika di rata-rata sejak awal bulan Ramadhan bisa turun 50 persen,” kata Kirom yang menjual barang dagangannya dengan rata-rata Rp15.000 per potong itu.

Menurut Kirom penurunan omzet sudah biasa dialami setiap memasuki bulan puasa. Hal tersebut, menurut dia, seiring dengan berkurangnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke kawasan sentra wisata belanja tersebut.

Advertisement

Kendati demikian, ia optimistis, omzet dagangannya bisa melonjak mencapai 100 persen lebih saat Lebaran. “Nanti H-7 Lebaran, geliat para pemudik sudah mulai terlihat,” kata dia.

Sementara itu, Sriani, pedagang aneka pakaian batik juga mengaku mengalami penurunan omzet secara signifikan. Dari pendapatan normal Rp500 ribu per hari, kini menjadi Rp200 ribu per hari.

Sriani menyadari bahwa peningkatan penjualan selama bulan puasa biasanya hanya terjadi pada penjualan makanan, sementara pakaian akan mengalami penurunan.

Advertisement

“Untuk keperluan Lebaran, masyarakat lokal juga biasanya lebih memilih membeli pakaian di mal daripada di kaki lima,” kata dia.

Sementara itu, Krama, penjual aneka aksesori dan blangkon justru mengaku jarang dikunjungi pengunjung. Pada hari normal, omzetnya bisa mencapai Rp200 ribu per hari, sementara saat ini rata-rata hanya mencapai Rp50 ribu per hari. “Hanya satu, dua saja yang laku sudah bagus,” kata Krama.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif