Sport
Minggu, 5 Juli 2015 - 20:25 WIB

PIALA POLDA JATENG : PSIS Vs Persis Rusuh, Pasoepati Harus Cooling Down!

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pagar perisai polisi pada rusuh laga sepak bola PSIS vs Persis di Stadion Jatidiri, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (4/7/2015) malam. (JIBI/Solopos/Antara/R. Rekotomo)

Piala Polda Jateng babak final antara PSIS vs Persis Solo berakhir rusuh.

Solopos.com, SOLO – Final Piala Polda Jateng, PSIS Semarang vs Persis Solo berakhir rusuh, Sabtu (4/7/2015). Puluhan supoter luka-lukam bahkan pada Minggu (5/7/2015) dini hari terjadi sweeping pelat AD sehingga ratusan anggota Pasoepati--suporter Solo, sempat terhana di Semarang.

Advertisement

Jika menilik ke belakang, bentrok suporter Pasoepati merupakan keributan yang kali kedua dalam sepekan yang melibutkan Pasoepati. Awal pekan lalu, keributan yang melibatkan Pasoepati juga terjadi di seputaran wilayah Klaten seusai suporter asal Solo ini melakoni lawatannya ke markas PSCS Cilacap.

Dua keributan yang melibatkan suporter asal Solo ini sangatlah ironis. Terlebih lagi selama ini suporter asal Solo, Pasoepati, terkenal santun, simpatik dan memiliki hubungan harmonis dengan berbagai kelompok suporter dari kota lain.

Terlebih lagi dengan suporter asal Kota Lumpia, Semarang, baik Panser maupun Snex. Bahkan aksi simpatik ini sempat diwujudkan Pasoepati melalui aksi membentangkan spanduk bertuliskan Kula Nuwun Semarang, di kawasan Stadion Manahan, Solo, sehari sebelum laga.

Advertisement

Terkejut

Presiden Pasoepati, Bimo Putranto, terkejut dengan keributan yang melibatkan kelompoknya itu. Padahal selama ini, kelompoknya cukup konsisten dalam menjaga hubungan harmonis dengan suporter dari daerah lain.

“Kami tidak bisa menyalahkan siapa pun dalam insiden ini. Kalau Pasoepati secara aksi tetap menonjolkan sikap yang simpatik. Bahkan, saat suporter Semarang ke Solo, apa ada kericuhan? Kami menyambut mereka dengan baik. Kalau pun ada kericuhan mungkin itu karena ada provokasi ataupun karena kurang sigapnya Panpel,” ujar Bimo saat dihubungi Solopos.com, Minggu (5/7).

Advertisement

Senada juga diungkapkan tokoh pendiri Pasoepati, Mayor Haristanto. Pria yang pernah menjabat sebagai presiden Pasoepati pertama itu mengaku prihatin dengan kejadian itu. Ia berharap kejadian semacam ini tidak kembali terulang.

“Saran saya untuk saat ini Pasoepati maupun kelompok suporter lain mawas diri dan melakukan konsolidasi untuk meredam konflik. Pasoepati juga harus cooling down dan untuk sementara tidak perlu melakukan tur ke daerah-daerah yang berpotensi ricuh,” beber Mayor Haristanto.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif