Jogja
Minggu, 5 Juli 2015 - 20:20 WIB

PENGAMANAN POLWAN : Dari Lemparan Telur Sampai Lemparan Surat Penggemar

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ipda Nur Wahyu Tri Setyarini (IST)

Pengamanan Polwan dapat dikatakan setara dengan polisi pria.

Harianjogja.com, JOGJA-Sosoknya cantik, murah senyum menjadi salah satu tuntutan pekerjaannya, namun kehadirannya ada yang suka ada pula yang tak suka. Dia adalah Ipda Nur Wahyu Tri Setyarini. Bagaimana kisahnya?

Advertisement

Ipda Nur Wahyu kini menjabat sebagai Kasubnit I Dikyasa Satlantas Polresta Jogja. Wajah perempuan ini terbilang rupawan. Meskipun sudah memiliki dua orang anak, dia masih pantas disandingkan dengan beberapa perempuan di bawah usianya. Sebagai anggota lalu lintas, dia kerab berada di jalanan berhadapan langsung dengan masyarakat mengatur lalu lintas. Ada banyak pengalaman seputar ketugasannya ini. Mulai yang menyukai sampai yang membenci keberadaanya.

“Prinsipnya kami sebagai anggota lantas cukup senang melihat masyarakat tertib berlalu lintas, jalanan lancar, mereka bisa menghormati pengguna jalan lainnya,” katanya.

Tentu bukan hanya itu saja tugasnya. Pada saat-saat tertentu dia bersama Polwan-polwan lainnya turut bergabung dalam pengamanan aksi unjuk rasa. Kehadiran Polwan dalam aksi unjuk rasa dipandang sebagai cara preventif dalam pengamanan massa. Reaksi keras massa diharapkan menurun setelah berhadapan dengan sosok Polwan yang lembut.

Advertisement

Namun sayangnya tidak selalu massa memiliki karakteristik demikian. Ada pula beberapa kelompok massa yang tidak mempan meski dihadapkan dengan para Polwan. “Kena lemparan sudah biasa, lemparan telur, lemparan air. Itu saya pandang sebagai sebuah risiko kerja sebagai polisi,” katanya.

Terkena lemparan dan caci maki dari para peserta unjuk rasa memang bukanlah hal yang menyenangkan. Baginya berdamai dengan hati menjadi satu-satunya pilihan.

“Memang enggak enak sih dilemparin dan dicaci maki. Tapi kami harus bisa tenang jika ikut emosi mau jadi apa, kuncinya tetap berdamai dengan hati saja,” katanya.

Advertisement

Sebaliknya, sikapnya yang humanis dan murah senyum kerab mendatangkan respon simpati dari pengguna jalan. Nur mengaku pernah sekali dia mendapatkan lemparan kertas dari seorang pemuda pengendara mobil yang kerab melintas di sekitar pos jaganya. Kertas tersebut berisi nama dan nomor telepon.

“Saat mengatur lalu lintas kami kan juga dituntut untuk bersikap ramah dan senyum, nah waktu itu ada pengendara yang selalu mengajak saya senyum, lalu suatu ketika dia melemparkan kertas berisi nama dan nomor telepon, pas dia lewat lagi memberikan kode untuk minta ditelepon, tapi karena tidak saya ladeni pemuda itu sudah tidak lagi lewat, mungkin karena malu,” katanya dengan menahan senyum.
Kehadirannya di tengah jalan juga kerab menjadi bahan godaan para remaja. Ada yang sekadar memanggilnya tanpa tujuan sampai ada yang mengutarakan cinta karena melihat penampilannya.

“Ada juga yang sekadar memanggil Bu Polwan-bu Polwan sambil naik motor, sampai ada juga turis yang memberikan kode love dengan jarinya, saya anggap itu semua sebagai respon positif yang patut disyukuri,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif