News
Jumat, 3 Juli 2015 - 02:50 WIB

KONFLIK SURIAH : Jumlah Pekerja Anak Asal Suriah Meningkat

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi pengungsi Suriah (JIBI/dok)

Konflik Suriah berdampak pada peningkatan jumlah pekerja anak asal Suriah di negara lain. 

Solopos.com, NEW YORK – Jumlah pekerja anak asal Suriah terus meningkat seiring berkembangnya konflik di negara itu. Bocah-bocah itu di pengungsian harus berjuang untuk menopang kehidupan keluarganya.

Advertisement

Hasil survei yang dilakukan badan PBB urusan anak-anak (UNICEF) dan Save the Children menunjukkan bocah-bocah itu menjadi satu-satunya atau salah satu pencari nafkah bagi keluarga di hampir setengah dari jumlah pengungsi Suriah di Yordania.

“Berdasarkan semua survei ini … jelas bahwa pekerja anak telah meningkat tajam sejak konflik Suriah dimulai,” kata juru bicara UNICEF, Juliette Touma Thomson, seperti dilansir Reuters, Rabu (1/7/2015).

Konflik yang telah terjadi selama lima tahun di Suriah telah menewaskan lebih dari 220.000 orang dan menelantarkan sekitar setengah dari populasi di negeri itu. Badan-badan bantuan PBB dalam laporan sebelumnya menggambarkannya sebagai salah satu krisis pengungsi terburuk sejak Perang Dunia II. Konflik telah menyeret ribuan anak-anak ke dalam dunia kerja.

Advertisement

Banyak anak-anak asal Suriah yang berada di Libanon bekerja sebagai pemanen kentang, mereka yang berada di Yordania mencari nafkah di toko-toko dan restoran. Sementara di Turki tak sedikit bocah-bocah pengungsi berjuang mendapat upah dengan memperbaiki sepatu, beberapa diantaranya bahkan bekerja di tambang dan konstruksi.

Dipukul Selang

Menurut laporan itu dari hasil survei, tiga dari empat pekerja anak di kamp pengungsian Zaatari, Yordania mengalami masalah kesehatan. Salah pengungsi anak asal Suriah yang bekerja untuk memanen kentang mengaku harus memenuhi tas dengan sekitar 10 kilogram kentang saat bekerja. Bocah berusia 13 tahun itu bakal dipukul dengan selang plastik jika ada kentang yang jatuh tercecer.

Advertisement

Laporan tersebut juga mengungkap sebagian besar anak-anak bekerja enam hingga tujuh hari sepekan, dengan upah antara US$ 4 hingga US$7 atau sekitar Rp52.000 hingga Rp92.000 [nilai tukar Rp13.00/US$] per hari.
Sebagian dari mereka mulai bekerja sebelum usia 12 tahun dan beberapa anak berusia 6 tahun bekerja di sejumlah tempat di Lebanon.

Beberapa pengusaha lebih memilih mempekerjakan anak-anak karena upah mereka lebih murah. Sementara pengungsi dewasa sering tidak mendapatkan pekerjaan di pasar tenaga kerja formal hampir tidak mungkin untuk mendapatkan izin kerja di negara tempat mereka mengungsi.

Fenomena ini sepertinya bakal kian memburuk dengan dikuranginya sejumlah program oleh lembaga bantuan karena kurangnya pendanaan. Pada Rabu, Program Pangan Dunia menyatakan bakal mengurangi separuh nilai voucher makanan yang diberikan kepada pengungsi Suriah di Lebanon bulan ini.

Selain itu kemungkinan bakal menghentikan bantuan untuk 440.000 warga Suriah di Yordania bulan depan. Badan bantuan PBB pekan lalu mengatakan dari US$4,5 miliar yang dibutuhkan untuk pengungsi Suriah di 2015 hanya tersedia seperempat dana.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif