Soloraya
Kamis, 2 Juli 2015 - 18:30 WIB

PESAWAT HERCULES JATUH : Berduka Meninggalnya Prajurit Klaten, Warga Bergantian Jaga Makam

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Puing pesawat Hercules C-130 yang jatuh di Jl. Jamin Ginting, Medan, Sumatra Utara, Selasa (30/6/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Irsan Mulyadi)

Pesawat Hercules yang jatuh di Medan dua hari lalu juga menimbulkan duka di Manisrenggo, Klaten.

Solopos.com, KLATEN — Ambulans pembawa salah satu jenazah korban pesawat Hercules yang jatuh di Medan, Selasa (30/6/2015), tiba di Dukuh Tiyasan, RT 002/RW 001, Desa Tanjungsari, Manisrenggo, Klaten, Kamis (2/7/2015), pukul 13.45 WIB. Prada Alfian Zulfikar, 23, adalah satu dari ratusan korban kecelakaan itu.

Advertisement

Rumah itu sudah dipenuhi warga dan prajurit TNI AU. Tangis keluarga maupun pelayat tak terbendung ketika peti jenazah perlahan dimasukkan ke dalam rumah.

Di antara deretan kerabat yang ada di sekitar peti jenazah, seorang wanita berjilbab dan berkulit putih terus meneteskan air mata sembari memegang erat foto Alfian. Ayah Alfian Mujiyono, 54, yang terlihat tegar berusaha terus menenangkan seluruh kerabat, termasuk wanita bernama Silfi tersebut. Wanita berprofesi sebagai perawat itu berasal dari Malang, Jawa Timur.

Mujiyono tak menampik putranya yang tiga tahun bertugas sebagai teknisi di Skadron Lanud Abdurrahman Saleh, Malang berteman dekat dengan Silfi. Sebelumnya, Silfi pernah bertamu ke rumahnya bersama Alfian beberapa bulan lalu. “Saya juga pernah diajak satu kali bersilaturahmi dengan keluarganya [Silfi],” jelasnya.

Advertisement

Mujiyono mengatakan putra sulungnya memang memiliki keinginan untuk menikahi Silfi. Hanya, keinginan itu baru bisa dilakukan pada 2016. “Tetapi, sesuai aturan di tempat tugasnya, Alfian baru bisa menikah pada 2016. Makanya, untuk lamaran resmi memang belum ada. Tetapi, untuk silaturahmi dengan keluarganya sudah pernah,” kata dia.

Sementara itu, proses pemakaman Alfian dilakukan secara militer di kompleks permakaman tak jauh dari rumah Mujiyono. Diantara deretan makam di kompleks tersebut, prajurit TNI menggelar upacara pemakaman.

Tak jauh dari makam Alfian, terlihat sebuah tenda didirikan diantara pepohonan. Tenda itu dipersiapkan warga untuk bermalam di kompleks permakaman selama beberapa hari kedepan. Niatan berjaga di makam dilakukan warga secara bergiliran agar tak ada tangan jahil yang merusak makam Alfian.

Advertisement

Salah satu warga, Suradi, mengatakan rencana berjaga di makam lantaran hari meninggalnya Alfian yakni Selasa Kliwon. Warga khawatir ada orang-orang tertentu yang mencoba mengambil bagian jenazah Alfian untuk kepentingan ritual.

“Dia meninggal pada Selasa Kliwon. Takutnya nanti ada tangan jahil yang merusak makam. Memang sudah kebiasaan seperti itu, naluri mengikuti orangtua. Rencananya dijaga ramai-ramai secara bergiliran dan dilakukan selama sepekan,” tutur Suradi.

Menanggapi rencana warga berjaga di sekitar makam Alfian selama beberapa hari, Mujiyono menyerahkan semuanya kepada warga. Ia menghormati dan menghargai niatan warga untuk ikut menjaga makam putranya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif