News
Kamis, 2 Juli 2015 - 15:15 WIB

GUNUNG SINABUNG MELETUS : Erupsi Sinabung Diprediksi Masih 5 Tahun, Ini Instruksi Jokowi

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Material vulkanis yang menyembur akibat Gunung Sinabung meletus tampak jelas terlihat dari Kecamatan Simpang Empat, Karo, Sumatra Utara, Jumat (19/6/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Endro Lewa)

Gunung Sinabung meletus terus-menerus dalam skala kecil.

Solopos.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta penanganan permanen dari persoalan erupsi Gunung Sinabung, Sumatra Utara, yang telah berlangsung lebih dari lima tahun.

Advertisement

Dalam sambutannya sebelum rapat kabinet terbatas, Presiden Jokowi mengatakan perlu penanganan berkelanjutan untuk persoalan erupsi Gunung Sinabung. Pasalnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi memprediksi erupsi Gunung Sinabung akan terus terjadi dalam skala yang tidak terlalu besar hingga lima tahun mendatang.

“Penanganan diperlukan dengan pola baru untuk korban bencana erupsi Gunung Sinabung, sehingga mereka betul-betul merasa diselesaikan masalahnya,” katanya di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (2/7).

Presiden Jokowi menuturkan saat ini masyarakat korban erupsi Gunung Sinabung menginginkan langkah nyata yang dilakukan pemerintah, bukan sekedar kunjungan pejabat negara untuk memberikan bantuan secara simbolis.

Advertisement

Menurutnya, dirinya juga tidak akan memenuhi undangan untuk mengunjungi progres penanganan korban erupsi Gunung Sinabung, sebelum ada pola penanganan yang dilakukan secara permanen.

Dengan begitu diharapkan semua pihak mau bekerja menyelesaikan persoalan yang telah lama terjadi itu.

“Untuk apa dikunjungi kalau tidak ada penyelesaian secara permanen. Pada saat saya ke sana, penyelesaian masalah permanen harus sudah ditemukan,” ujarnya.

Advertisement

Sekedar diketahui, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menghitung kerugian dan kerusakan sementara akibat erupsi Gunung Sinabung sejak 15 September 2013 hingga akhir 2014 diperkirakan mencapai Rp1,49 triliun.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan kerugian dan kerusakan di sektor ekonomi produktif meliputi pertanian, perkebunan, peternakan, perdagangan, pariwisata, perikanan, UKM, dan industri adalah yang paling besar, yaitu lebih dari Rp896,64 miliar.

Sementara itu, kerugian dan kerusakan di sektor permukiman Rp501 miliar, infrastruktur Rp23,65 miliar, sosial Rp53,43 miliar, dan lintas sektor Rp18,03 milar.

Menurut dia, kerusakan dan kerugian ini belum termasuk dampak akibat lahar hujan. Ada lebih dari 3 juta meter kubik material erupsi yang ada di atas gunung yang dapat meluncur menjadi lahar hujan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif